kuliner menggunggah selera dan menguras isi dompet.
kaki mengelilingi Trawangan untuk melihat daftar harga resto di sana. Kebanyakan
harganya selangit. Kurang pas dengan budget kami yang minimalis.
Setelah berembug, menganalisis isi dompet, dan tingkat kelaparan akhirnya kami memutuskan untuk membeli makanan di penduduk setempat yang membuka warung dan yang berdagang keliling. Penduduk ini menempati tanah kosong yang berlokasi di bagian tengah pesisir timur Gili Trawangan, dekat dengan pelabuhan. Pilihan makanan yang dijual antara lain aneka sari laut (beragam ikan, udang, cumi, dan kepiting), lalapan (ayam, tahu, dan tempe), serta nasi dan mi goreng.
Keempat, memilih tempat untuk makan.
Maunya sih makan di dalam ruagan dengan ornamen khas Trawangan atau nuansa melow full musik. Tapi keadaan memaksa kami untuk menjauhkan pikiran itu dari benak.
Kami memilih meghabinskan makanan di tepi pantai, ditemani sepoi angin, sambil melihat orang snorkelling di pantai. Sambil ditemani musik alam yang memesona. Sepertinya ini lebih melow dari yang kami harapkan tadi.
![]() |
ada ada saja ini yang ambil foto.. jadi semacam slow motion |
Kelima, menikmati pemandangan pantai sambil makan
4 Comments. Leave new
Nyobain pujasera yg bukanya malem itu ga mak? Di gili trawangan kami pilih makan disana murah soalnya dibandingin cafe2 yg betebaran itu
Ndak Mbak..Saya tidak menginap mbak.. Sore lanjut ke senggigi hehe..
Terimakasih infonya.. Next kl k sana lagi insha Allah mampir..
Ndak Mbak..Saya tidak menginap mbak.. Sore lanjut ke senggigi hehe..
Terimakasih infonya.. Next kl k sana lagi insha Allah mampir..
Kami datang rombongan, jadi belinya patungan dan makan rame2. Gak berasa mahal soalnya saling icip-icip 🙂