#latepost
Mataku terpaku pada salah satu lembar koran, Dinda Haw. Seorang artis yang mulai bersinar berkat peran sakit, tepatnya di film Surat Kecil untuk Tuhan. Ketertarikan saya bukan pada keberaniannya memangkas habis rambut panjangnya atau caranya dalam bermain film. Bukan itu. Tapi pada keunikan namanya.
Di halaman lain, saya menemukan nama yang tak kalah menarik, yaitu Erwin Parengkuan, Jana Gunawan, Giulio Ken Parengkuan, Marcio Ken Parengkuan, Abielo Ken Parengkuan, dan Matacha Ken Parengkuan.
Membaca nama-nama unik di atas, mengingatkan pada salah satu kebiasaan saya dalam mengumpulkan nama. Tidak hanya mengumpulkan nama-nama, tapi juga memberikan nama pada barang-barang kesayangan saya.
Diantaranya adalah
- Selimut: kayana: dermawan: bahasa sansekerta
- Hape: zakkiyah: tumbuh dengan baik, bersih (arab): Suci Murni (bahasa Ibrani – Israel): cerdik
- Laptop: zahwa: cantik
- Helm: kara: sinar cahaya
- Printer: hanan: Rahmat (asal nama India)
- Boneka beruang: Syifa (belinya ketika sakit)
- Boneka tangan: Dhafa
- Boneka singa: hamzah (ini karena saya ngefans dengan sahabat Rosul yang bernama Hamzah-Singa Padang Pasir)
- Kamar: Hurriyah: salah satu nama surge
10. Kamera : wahyu (nama ini adalah pemberian sahabat saya, mbak wahyunengsih hasan)
11. 3 rak buku: salma, salsa, dan bila
12. 2 tas ransel:rasyid dan irsyad
13. 2 flashdisk: humairah (panggilannya humay) dan Zahra
14. hardisk eksternal : hulwatun saudah: hitam manis
15. Magic warmer: zarrin: emas (Iran)
16. Sepeda sewaan saat tinggal di Pare Kediri: Ali (harapannya bias sekuat Ali, saat itu juga pas nge-fans ma beliau)
17. Nama pena saya (jaman dulu): Zahra al Khumaira (pemberian dari seorang teman dari Flores). Zahra berasal dari nama Fatimah putri Rosul (jadi ingat perkataan Ana di KCB). Al Khumaira berasal dari nama Aisha, istri Rosul… dengan harapan diri ini bisa meneladani kecerdasan dan sifat beliau.
18. dan lain-lain
Sebenarnya malu juga ketika mau mengungkap kebiasaan saya ini. Hehehe. Namun, yang saya lakukan ini bukan tanpa alasan. Alasan pertama adalah meniru kebiasaan Rosul. Beliau (seseorang yang saya cintai karena Allah) mempunyai kebiasaan unik member nama benda-benda kesayangan beliau. Lha saat itu, saya lagi semangat-semangatnya meniru apa-apa yang beliau sukai. Salah satunya pemberian nama ini.
Mau tahu nama benda-benda Rosul? Ini dia:
- Nama gelasnya adalah ar-Rayyan
- Nama mangkoknya adalah al-Gharra’
- Nama tekonya adalah as-Shadir
- Nama tikarnya adalah al-Kazz
- Nama guntingnya adalah al-Jami‘
- Nama cerminnya adalah al-Mudillah.
- Beliau memiliki sebuah kotak untuk menyimpan cermin, sisir, gunting, dan siwak.
- Nama tongkatnya adalah al-Mamsyuq
- Nama tongkatnya yang ujungnya besi adalah an-Namir
10. Nama kudanya yang berwarna hitam adalah as-Sakb
11. Nama kudanya yang berambut pirang adalah al-Murtajiz
12. Nama kudanya yang lain adalah al-Lahif, az-Zharb, dan al-Lizaz
13. Nama pelana-kudanya adalah adalah ar-Rajj
14. Nama unta (betina)-nya adalah al-Qashwa (to cover long distance’) atau disebut pula al-Adhba’
15. Nama baghal-nya adalah Duldul
16. Nama keledainya adalah Ya‘fur
17. Nama kambing yang sering diminum susunya adalah Ghaytsah
18. Nama kemahnya adalah al-Kinn
19. Nama bendera yang dipakai untuk berperang adalah al-Uqab. Kadangkala beliau menggunakan bendera berwarna hitam, kuning, atau putih yang di dalamnya ada garis-garis hitam.
20. Nama pedang yang sering dipakai berperang adalah Dzul Fiqar. Gagangnya, alasnya, dan anting-pedang Dzul Fiqar dihias dengan perak. Selain Dzul Fiqar, beliau juga punya pedang-pedang lainnya.
21. Nama tabung panahnya adalah al-Kafur atau Dzul Jum‘
22. Nama busur panahnya adalah Dzus Sadad
23. Nama perisainya adalah al-Dzafn
24. Nama baju perangnya yang dilapisi tembaga adalah Dzat al-Fudhul
25. Nama tembok (benteng pertahanan)-nya adalah an-Nab ’a’
26. Nama budak perempuannya adalah Khadhirah.
(Sumber: Syaikh al-Allamah al-Muhaddits Yusuf
Ismail an-Nabhani, Wasa’il al-Wushul ila Syama’il al-Rasul (Dar el-Minhaj, Beirut, 2009)
Alasan kedua adalah karena di balik sebuah nama pastinya ada banyak doa dan harapan yang terkandung. Ini pula ketika saya memberi nama barang-barang saya. Dalam agama Islampun, dianjurkan untuk memberikan nama yang artinya baik.
Alasan ketiga, bahwa benda-benda tersebut mempunyai perasaan. Jadi ingat kisah Rasulullah saat khutbah sholat Jum’at menggunakan pelepah kurma sebagai tempat sandaran. Suatu ketika, umat muslim semakin bertambah dan jamaah semakin banyak, Rasulullah semakin tidak kelihatan oleh Jamaah, terutama jamaah yang posisinya di bagian belakang. Oleh karena itu para sahabat berinisiatif membuatkan sebuah mimbar bagi Rasulullah agar beliau dapat terlihat oleh semua jamaah yang hadir.
Pada hari Jumat berikutnya, Rasulullah naik ke mimbar tersebut untuk berkhotbah. Di tengah khotbah tiba-tiba terdengar suara tangisan yang amat nyaring. Suara tersebut terdengar sangat memilukan seperti suara anak kecil yang kehilangan ibunya. Suara tersebut sangat keras hingga khotbah Rasulullah tidak terdengar oleh para sahabat. Sahabat-sahabat pun mulai menoleh, melongok, celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara. Ternyata suara tersebut adalah suara dari pelepah kurma yang biasa Rasulullah gunakan untuk khutbah Jumat. Rasulullah pun turun dari mimbar menuju pelepah kurma tersebut. Dibelai-belainya pelepah kurma tersebut seperti Ibu menenangkan anaknya yang menangis.
Rupanya pelepah kurma tersebut sedih, ia tidak kuat ditinggal Rasulullah khutbah Jumat di tempat lain. Padahal jarak antara pelepah kurma dengan mimbar Rasulullah yang baru hanya 8 langkah. Namun karena kecintaan pelepah kurma ia tidak ingin ditinggalkan Rasulullah. Rasulullah pun menawarkan pilihan, apakah ia mau Rasulullah tetap menggunakan pelepah kurma tersebut untuk berkhotbah dan Allah akan mengabadikan pelepah kurma hingga hari kiamat, ataukah ia ingin bersama Rasulullah kelak di surga nanti. Pelepah kurma itupun memilih untuk bersama Rasulullah di surga.
Kadang saya juga mengalami hal serupa. Semacam keterikatan. Entah ini hanya sugesti atau memang benar. Saya merasa benda-benda tersebut bisa saya ajak bicara.
Dulu saya hanya memberi nama pada dua rak buku (jumlahnya 3). Karena yang satu tidak punya nama, dia sering banget ambruk. Alhamdulillah setelah punya nama dia tegak berdiri lagi.
Zahwa, laptop. Kadang suka ngambek kalau saya tinggal tidur. Kok? Ehm.. biasanya kalau lembur, saya lupa tidak mematikan si zahwa. Lha kalau begini keesokannya jadi rewel (ini sih karena capek, bukan karena nama hehehe).
Dan beberapa pengalaman lain (agak malu mau nyeritain ^_^V).
Salah satu kebiasaan (kalau tidak terburu-buru), saya biasanya menyapa mereka satu persatu sebelum berangkat kerja, kadang curhat ketika sedang tidak punya ide, ketika ada yang sembunyi biasanya saya memanggil namanya. Aneh nggak sih? Hahaha. Kadang lucu sendiri kalau ingat hal ini.
26 Februari 2012