Ahad, 7 Februari 2016 bertempat di Rusunawa Universitas Muhammadiyah Malang, FLP Jawa Timur mengadakan acara Upgrading FLP Jatim sekaligus peringatan milad FLP ke-19. Kegiatan dengan tema “Dare to be a Writerpreneur” ini dihadiri oleh anggota FLP dari berbagai cabang dan ranting di wilayah Jatim. Selain itu, pada hari kedua ini dibuka juga sesi kuliah umum yang bisa diikuti oleh orang-orang dari pihak luar FLP.
Acara yang bertujuan membentuk mental writerpreneur bagi penulis muda ini diisi oleh para narasumber yang kompeten dalam dunia kepenulisan. Sebut saja Sinta Yudisia, ibu rumah tangga dengan 4 putra putri, peraih nilai terbaik di Magister Psikologi Universitas Tujuh Belas Agustus, sekaligus penulis megaproduktif yang telah meraih banyak penghargaan di tingkat nasional maupun internasional. Turut hadir pula Dukut Imam Widodo, sejarawan dan writerpreneur yang telah sebelas kali memperoleh penghargaan sastra dari Kedutaan Besar Belanda, Majalah Femina, Kartini, dan lain-lain.
Dalam sesi pertama, Sinta Yudisia menyebut bahwa penting bagi penulis untuk mengumpulkan poin untuk koin, “Banyak tulisan saya yang tidak mendapat honor dari media massa yang memuatnya, namun beberapa tahun kemudian tulisan tersebut mengantarkan saya keliling dunia. Saat itu pemerintah Korea Selatan mengadakan seleksi bagi
penulis cerpen yang berkiprah di media massa,” ujar Sinta yang baru-baru ini juga baru pulang dari Jepang setelah diundang mengikuti acara Kyushu Halal Tour.
penulis cerpen yang berkiprah di media massa,” ujar Sinta yang baru-baru ini juga baru pulang dari Jepang setelah diundang mengikuti acara Kyushu Halal Tour.
“Penulis tidak harus dari jurusan Bahasa Indonesia, buktinya Mbak Sinta yang lulusan STAN dan Psikologi bisa menjadi penulis hebat,” jelas Fauziah Rachmawati,
moderator acara, berusaha menyemangati para peserta yang berasal dari beragam latar belakang.
moderator acara, berusaha menyemangati para peserta yang berasal dari beragam latar belakang.
Respon peserta pada sesi pertama ini cukup meriah. Para peserta berebut mengajukan pertanyaan kepada penulis yang sudah menghasilkan puluhan novel ini. Seperti
pertanyaan dari Fahri,“ dari beberapa buku yang ditulis Mbak Sinta, buku mana yang paling berkesan?”.
pertanyaan dari Fahri,“ dari beberapa buku yang ditulis Mbak Sinta, buku mana yang paling berkesan?”.
“Masing-masing buku memiliki rasa yang berbeda, perjuangan dengan masing-masing kesulitan di dalamnya. Dari beberapa buku tersebut, Bulan Narayya memiliki kisah tersendiri, karena ditulis saat praktik di rumah sakit jiwa,” jawab Sinta. “Novel ini mengisahkan tentang pengalaman seorang terapis dalam menghadapi fenomena
kejiwaan para pasiennya. Karena keunikannya ini, dari sekian buku yang sudah saya tulis, Bulan Narayya yang paling banyak mendapat respon positif di web Goodreads.”
kejiwaan para pasiennya. Karena keunikannya ini, dari sekian buku yang sudah saya tulis, Bulan Narayya yang paling banyak mendapat respon positif di web Goodreads.”
Sesi kedua pun tak kalah seru, Dukut memaparkan strategi negoisasi dengan sponsor untuk proyek yang nilainya sampai memiliki angka delapan digit. Penulis buku Malang Tempo Doeloe ini menekankan bahwa disiplin dalam menyelesaikan karya mutlak diperlukan demi menjadi penulis yang sukses.
“Penulis harus berani tampil beda dan harus sehat jasmani serta tertata hidupnya,” tambahnya. Dukut memberi contoh Charil Anwar yang ditolak mentah-mentah saat
melamar Mirat pacarnya karena seniman jaman dulu yang identik dengan pakaian kumal, lusuh, dan bertingkah sak enak udhele dhewe. “Penulis sekarang harus berpakaian rapi, bersih, berpenampilan meyakinkan, serta punya attitude dan prospek masa depan.
melamar Mirat pacarnya karena seniman jaman dulu yang identik dengan pakaian kumal, lusuh, dan bertingkah sak enak udhele dhewe. “Penulis sekarang harus berpakaian rapi, bersih, berpenampilan meyakinkan, serta punya attitude dan prospek masa depan.
Keantusiasan peserta dalam menanggapi paparan Dukut tercermin dari banjir pertanyaan yang terus mengalir saat sesi tanya jawab digelar.
“Dalam menulis sejarah, pasti diperlukan data yang valid. Darimana Pak Dukut mendapatkan data-data tulisan?” tanya salah satu peserta.
Dukut bercerita kalau data yang menjadi sumber buku, ia kumpulkan sejak 40 tahun yang lalu. Bahkan beberapa data didapat dari Belanda. “
Karena 90% data tentang Indonesia ada di pemerintahan Belanda,” jelasnya.
Cukup membanggakan ketika Upgrading Jawa Timur ini terealisasi dengan sukses, mengingat FLP Jatim sempat vakum sekitar dua tahun. Banyak sekali harapan cabang dan ranting wilayah Jawa Timur, karena FLP sebenarnya merupakan wadah talenta generasi masa kini. Semakin cantik dan “mahal” isi dari wadah itu maka semakin bernilai di mata masyarakat. Dengan kata lain, semakin dalam ia memberi konstribusi kepada kebaikan, semakin FLP bisa menyentuh hati khalaya, dan insyaallah semoga
makin berharga pula tempat yang didapatkan anggota dan pengurus FLP di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya, penulis FLP tidak hanya menjadi penulis
tapi juga writerpreneur yang karyanya selalu dinanti dan berarti. (Zie/FLP Jatim).
makin berharga pula tempat yang didapatkan anggota dan pengurus FLP di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya, penulis FLP tidak hanya menjadi penulis
tapi juga writerpreneur yang karyanya selalu dinanti dan berarti. (Zie/FLP Jatim).
Catatan hari pertama Upgrading Jawa Timur bisa klik di https://www.duniazie.com/2016/02/meniti-jejak-langkah-flp-dalam-sejarah.html
2 Comments. Leave new
Sukses ya keren banget deh acaranya cetaar
Aamiin.. Makasih Mbak Naqy..
Sy tggu share acara milad dari kota Mbak Naqy 😉