Ini adalah seminar internasional kedua yang saya ikuti selama menjadi mahasiswa pasca di UNESA. Seminar pertama yaitu seminar tentang Trends and Challenges toward Asian Economic Community UNESA. Sebenarnya pingin sekali-kali ikut seminar internasional yang ada di luar negeri, nulis reportasenya, dan sekalian study banding. Tapi karena budget belum mencukupi, saya ikut yang di Indonesia saja. Toh pematerinya dari luar negeri juga 🙂
Acara ketje yang digelar selama dua hari ini cukup menarik perhatian saya. Mengapa karena dihadiri oleh 7 narasumber dalam dan luar negeri. Catet! 7 pembicara! Ini masih pembicara belum pemakalah internasinal yang jumlahnya lebih dari 10. Berasal dari berbagai universitas. Serasa mendapat asupan ilmu dan inspiasri.
Ehm.. siapa sih penyelenggara acara keren ini? Penyelenggaranya adalah mahasiswa S-2 Dikdas Unesa. Ya ini adalah kepanitiaan pertama bagi saya keika menjadi warga Unesa. Jadi ingat beberapa waktu lalu saat masih aktif jadi panitia seminar, pelatiham, dan workshop.
Oiya seminar Internasional yang tema “The Role of Primary Education in ASEAN Economic Community and Globalization Era” yang bertempat di Gedung Aula Pasca Sarjana (K-10) Universitas Negeri Surabaya ini bertujuan untuk mewujudkan civitas akademika perguruan tinggi yang professional dalam bidang ilmu pengetahuan pendidikan dasar.
Seminar terdiri dari tiga sesi, yaitu
1. Narasumber panel untuk sesi pertama
a. Prof. Dr. Rosna Awang Hasym (Malaysia)
b. Melissa Marie Whalen, M.A, Ph.D (Amerika)
c. Prof. Andy Plowman, M.BA (Inggris)
d. Harufumi Miwa (Japan)
2. Narasumber panel untuk sesi kedua
a. Prof. Madya Dr. Ahmad Bin Esa (Malaysia)
b. Dr. Jamil Bin Abd. Baser (Malaysia)
c. Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd (Indonesia)
3. Pemakalah internasional dari mahasiswa dan umum
Sesi pertama, dimulai dengan presentasi 4 materi. Materi pertama oleh Harufumi Miwa dengan translator Drs. Nasution, M.Ed, M.Hum, P.Hd mengenai manfaat bioteknologi dalam mewujudkan industri di ASEAN, pentingnya pembelajaran sains dan teknologi di sekolah dengan guru yang mengembangkan pembelajaran sains dan teknologi yang menarik, serta cara agar bioteknologi bisa berkembang di masa yang akan datang.
Tak hanya itu, Harufumi juga bercerita tentang pendidikan karakter di Jepang. “Pendidikan karakter tidak bisa digantungkan di sekolah saja, perlu kerjasama orang tua dan masyarakat. Karakter dibentuk dari sekolah dan rumah,” ungkapnya.
Presentasi materi kedua oleh Prof. Dr. Rosna Awang Hasym (Malaysia) menyampaikan Transforming Teacher Professionalism in the Era of Globalization and the AEC, “Mengajar tidak hanya meluluskan pelajar, tapi juga meluluskan generasi yang bisa bersaing. Pendidikan adalah kunci keberhasilan negara. Dan guru adalah kuncinya.”
Rosna menyampaikan pentingnya mendidik anak sesuai dengan zamannya dengan mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib, “didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di jamanmu.
Materi ketiga oleh Melissa Marie Whalen, M.A, Ph.D tentang The Role of the Teacher in Classroom Management. Dalam presentasinya, Melissa menyampaikan akan pentingnya manajemen kelas bagi siswa, terutama bagi siswa SD. Ada beberapa kriteria kelas yang kondusif, diantaranya adalah kelas yang fokus, membangun kepercayaan diri siswa, dan memberikan kenyamanan di kelas.
Materi keempat oleh Prof. Andy Plowman, M.BA adalah penjelasan The Importance of Mathematic and Science in Primary Education in the area of the Asian Economic Community and Globalisation. Andy menyampaikan ekonomi Indonesia berada di tiga sektor utama, yaitu pertanian, industri, dan pelayanan publik. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk mengenal berbagai jenis pekerjaan dan mendapat pekerjaan sesuai dengan imajinasi mereka.
Sesi ketiga terdiri dari 3 materi. Materi pertama oleh Prof. Madya Dr. Ahmad Bin Esa yang membahas Issues in Primary School Teaching: Examples of Research i Teaching Graduate Program (PPG) in Malaysia . Beliau menyatakan bahwa ada beberapa konsep yang perlu diterapkan di SD, diantaranya adalah guru, siswa, teknologi, pedagogi, dan kurikulum. “Guru harus inovatif dalam mengintepretasikan berbagai metode pembelajaran,” jelasnya.
Materi kedua oleh Dr. Jamil Bin Abd. Baser tentang The Implementation of Teacher Degree Programme in Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM). Beliau menceitakan tentang program satu tahun untuk guru yang belum memiliki sertifikat.
Materi ketiga oleh Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd. Bapak dua putri ini menyampaikan tentang Social Studies Education to Prepare Softskill of Student in ASEAN Economic Community. Beliau menjelaskan bahwa pembelajaran IPS dapat digunakan untuk menyiapkan softskill siswa untuk menghadapi persaingan di era MEA.
Hari berikutnya yaitu presentasi dari beberapa pemakalah internasional dari berbagai universitas di Indonesia.
ICPE yang berlangsung dua hari ini cukup menyedot antusias peserta, hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang hadir dari dalam dan luar kota, bahkan luar negeri.
Pendidikan dasar memiliki peranan penting dalam mendukung MEA dan era Globalisasi. Melalui acara seminar internasioanl ini diharapkan guru dapat mengembangkan pengetahuan, skill sains, dan pembentukan karakter yang nantinya berguna bagi diri siswa.
Menurut saya, seminarnya bagus, temanya keren, pembicaranya kompeten buat pembahasan itu, jadi jelas apa yang disampaikan.