Beberapa minggu ini saa ikut program wa coaching secangkir kopi. Grup ini berisi beberapa coach dengan berbagai keahlian. salah satu (dari sekian) yang saya tunggu-tunggu di adalah materi. Lha biasanya saya memberi tanda bintang pada materi-materi yang menarik. Namun lama-lama semakin banyak dan sayang sekali kalau tidak dirangkum dalam blog. Jadinya saya minta izin pada Coach untuk memposting materi ke blog pribadi ini. Alhamdulillah ide saya disambut baik oleh Coach Andreas yang kebetulan mengisi materi Lima Level Kebahagiaan tadi malam.
Baiklah, tidak perlu menunggu lama, saya coba merangkum materi Coach Andreas Pasolympia yang berjudul Lima Level Kebahagiaan atau 5 Levels of Happiness. Ehm.. namun sebelumnya, siapa sih Coach Anreas ini?
Perkenalan dulu ya…
Sejak umur 19, Andreas telah menjadi seorang pembicara publik dan mengadakan sertifikasi bagi orang-orang yang ingin memperdalam mengenai hipnoterapi. Beliau adalah seorang Happiness Coach yang membantu perusahaan ataupun perorangan untuk hidup lebih bahagia, untuk membangun budaya bahagia, dan untuk menyadari kebahagiaan alami yang sejatinya menyala terang dalam setiap diri kita (hanya kita tidak mengenalinya saja). Melalui berbagai program seperti privat, pelatihan publik, dan lain sebagainya tentu saya melihat bahwa memang ragam dan tingkat kebahagiaan orang berbeda-beda.
Background beliau berasal dari banyak ragam ilmu, namun kalau hendak diringkas tiga adalah Ericksonian Hypnotherapy, Neuro-Linguistic Programming, dan Meditasi. Memulai mendalami sejak kelas 3 SD,
Petualangannya tersebut membuatnya bertemu dengan berbagai pendekatan dan sertifikasi. Puluhan Sertifikasi dan kompetensi ia ambil baik nasional maupun internasional, antara lain di bidang Public Relations, Customer Services, Neuro-Linguistic Programming (NLP), Neuro-Semantics, Clinical Hypnotherapy, Ericksonian Hypnotherapy, Transformational Coaching, Time Line Therapy™, dan lain-lain. Andreas juga senang untuk mengeksplorasi kebijaksanaan-kebijsaksanaan dari filsafat, zen, dan kearifan lokal. Itu semua terkait dengan tujuan hidupnya di bidang komunikasi dan pengembangan diri.
Sertifikasi beliau:
Certified Ericksonian & Generative Trances, Stephen Gilligan
Certified Hypnotist, HMI California
Certified Advanced Clinical Hypnotherapist, AAH USA
Certified Instructor, Indonesian Board of Hypnotherapy
Certified Family Therapist, Asosiasi Psikologi Nusantara
Certified Coaching Genius™, International Society of NS
Certified NLP Coach Trainer, NLP Coach Association
Certified Life Coach, American University of NLP
Certified NLP Practitioner, American University of NLP
Certified Advanced NLP Sales Specialist, American University of NLP
Certified Master Trainer, NeoNLP Society
Certified Time Line Therapy™, Time Line Therapy Association
Certified Services Excellences, City and Guilds International
Certified Strategic Issues Management, Edith Cowan University
Dan Ratusan Sertifikasi Lainnya
Keren kaaaan…
Oke lanjut ke materi..
5 Levels of Happiness atau Lima Level Kebahagiaan, sebetulnya dan sejatinya kebahagiaan (dan juga kehidupan itu sendiri) tidak bisa di level-levelkan, karena sifatnya yang melampaui pola dan subjektif. Namun ini hanyalah merupakan pemodelan saja, yang tentu saja sangat berguna untuk keperluan praktis, sehingga kita juga dapat me-relate diri kita dengan Lima Level Kebahagiaan ini, dan memanfaatkan polanya untuk kebaikan diri kita.
Bahagia itu emosi yang memiliki efek menyenangkan serta memberikan respon positif pada tindakan.
Level 1 : Kebahagiaan adalah Fenomena Luar
Bahagia adalah fenomena luar. Ini adalah level yang paling biasa dan paling maklum yang biasanya manusia punya. Yaitu meletakkan bahagianya pada fenomena luar. Mulai dari yang paling kasar, sampai pada level yang paling halus. Yang sudah jelas misalnya, “Saya bahagia kalau saya memiliki Apartemen X”, atau “Saya bahagia ketika saya dapat menikah dengan si Y”. Kalau tidak dengannya maka saya akan bersedih. “Saya bahagia ketika anak saya tidak rewel.” (Kalau rewel maka saya sedih).
Ya itu maklum dan biasa. Memang pada umumnya seperti itu. Resiko dari kebahagiaan model ini adalah kejahatan, atau yang saya sebut “kekurangkerjaan-an” (unskilfullness). Kekurangkerjaan-an atau Kekurangterampilan ini terjadi karena kita salah persepsi (Fromm, 1973). Salah persepsi bahwa dengan mendapat fenomena X maka saya akan bahagia. Salah persepsi bahwa jika orang lain melakukan Y maka saya akan bahagia. Disini muncul adanya dualitas. Salah – Benar, Hitam Putih, ya it’s ok sebetulnya. Namun ya ada pilihan hidup yang lebih indah untuk mencangkul lebih dalam. Untuk menggali lebih dalam.
Ya bahagia di level ini kurang seru ya.. yang secara halus sering kita persepsikan.. namun ya gpp.. itu adalah bagian yang indah dalam perjalanan..
Level 2 : Kebahagiaan adalah Proses Pemaknaan Internal
Di level ini mulai menarik, karena di level ini ada dua kata kunci yaitu Bahagia Itu Pakai Tenaga dan Bahagia itu Dibikin-Bikin Sendiri. Orang yang sudah belajar NLP, atau Hipnoterapi, atau berbagai ilmu pengembangan diri lain pastilah menyadari bahagia level ini. Ilmu-ilmu pengembangan diri sejatinya mengajak kita untuk merenung, bahwa bahagia dapatlah kita bikin-bikin sendiri. Bahagia disini atau di level satu dan dua ini masihlah sama dengan rasa senang. Nah, rasa senang dibentuk oleh faktor-faktor. Bedanya dengan level satu, adalah di level satu orang masih menganggap faktor dari rasa senang adalah fenomena luar, di level dua orang sudah menyadari bahwa faktor dari rasa senang bisa juga adalah dari dalam. Yang sebetulnya fenomena luar itu hanya memancing saja proses psikologis dan biologis yang ada di tubuh kita. Oleh karena itu, mari kita gali faktor-faktor dari rasa senang ini. Serta juga akan dipaparkan hasil riset-riset saintifik tentang kebahagiaan untuk khazanah kita. Intinya pada level ini bahagia ada karena faktor-faktor.
a. Faktor Energi Senang – Tubuh
Faktor pertama adalah tubuh. Tubuh memiliki faktor yang sangat penting untuk mewujudnya rasa senang kita. Menurut jurnal (Cuddy, 2012) yang dimuat di Harvard Business School pada bulan Desember, plus menurut keilmuan NLP, plus menurut pengalaman saya pribadi sejak kecil, plus menurut berbagai kebijaksanaan ajaran suci tubuh memiliki peranan penting terhadap bagaimana keadaan bathin kita. Jurnal oleh Amy Cuddy tersebut adalah hasil penelitian puluhan tahun, serta juga dalam Kitab Kuno Tibet (Rinpoche, 2007) bahkan dikatakan ketika tubuh miring sedikit, maka “angin” kita juga tidak akan seimbang. Angin disini tentu sifatnya simbolik, maksudnya adalah energi channels.
Berbicara mengenai tubuh, ada faktor-faktor yang dapat memperlancar energi senang itu untuk muncul. Yaitu yang pertama adalah tulang punggung yang tegap. Ya, tulang punggung yang tegap. Spine atau tulang punggung yang tegap inilah sangat penting untuk lancarnya energi kita, sehingga hawa-hawa yang baik dapat dengan mudah kita bentuk. Faktor kedua selain juga tulang punggung yang tegap, adalah leher yang tegap. Cara membuat leher yang tegap ini adalah dengan cara menundukkan leher ke bawah banget, lalu mendongakkan kepala ke atas banget, lalu kita ambil tengahnya. Nanti kepala agak akan keatas namun seimbang. Faktor yang ketiga adalah dalamnya napas. Dengan sering-sering menyadari napas, maka napas secara natural akan menjadi dalam dan itu akan mempengaruhi bagaimana energi kebahagiaan kita akan secara alami muncul. Sehingga jika kita ringkas adalah, tulang belakang dan leher yang tegap namun rileks serta dalamnya napas. Hal ini dikonfirmasi juga oleh guru-guru saya di bidang kebugaran seperti Ade Rai maupun guru-guru di bidang meditasi.
b. Faktor Energi Senang – Pikiran
Faktor lanjutan selain tubuh dalam bahagia level dua adalah pikiran. Menurut (Selingman, 2002) dan tentu menurut pengalaman saya pribadi, proses pemaknaan menjadi penting dalam membentu energi kebahagiaan. Tentu para sahabat disini juga sudah menyadari, bahwa sejatinya setiap kejadian adalah netral, kitalah yang memaknainya atau menambah-nambahi cerita dibalik pengalaman itu. Kitalah yang memaknainya. Misalnya kita mendengar perkataan “I love you” dari orang yang kita cintai, tentu berbeda dengan mendapatkan perkataan “I love you” dari seseorang berambut gondrong yang belum kita kenal di sebuah pusat perbelanjaan. Intinya energi atau rasa atau hawa dapat terjadi karena proses pemaknaan. Tubuh yang benar dan pemaknaan yang benar sudah sangat membantu untuk menciptakan hawa yang baik.
Selain itu masih dalam ranah pikiran, satu hal yang dapat membantu proses pemaknaan yang benar adalah dengan memanajemen cara kita bertanya. Ya ! Cara kita bertanya pada diri kita sendiri dan juga pada orang lain. Karena ketika kita kurang tepat bertanya, maka jawaban yang kita peroleh juga akan kurang tepat. Menurut khazanah Coaching seperti (Dilts, 2003) atau (Hall, 2013), tentu ilmu bertanya sangatlah penting untuk kita pelajari dan dapat mengubah proses pemaknaan kita. Misalnya ketika kita bertanya setiap hari, “Mengapa saya selalu sial ?”, atau “Mengapa saya bodoh sekali ?” (Umumnya format pertanyaannya Mengapa X dengan X adalah fenomena negatif) pasti jawaban yang kita dapat adalah pembenaran akan pertanyaan itu. Fokuskanlah pertanyaan kita kepada solusi, seperti “Bagaimana cara tercepat untuk menyelesaikan hal ini ?” Atau “Apa cara terindah untuk diriku dapat bersyukur setiap hari ?”.
Tentu para sahabat disini sudah banyak yang sangat mahir dalam hal ini, saya disini hanya memaparkan kembali bahwa pertanyaan adalah salah satu faktor untuk membangun hawa / energi senang dalam konteks bahagia level dua.
Proses pemaknaan di area pikiran yang paling mentok atau paling dalam adalah makna hidup. Pendek kata, memiliki tujuan hidup, visi, value yang mendalam akan mempersering kita mendapatkan hawa bahagia. Cara untuk memiliki hal-hal tersebut adalah dengan menggali kedalam, dengan pertanyaan “Apa artinya ?” atau “Apa pentingnya ?”, misalnya.
Intinya kita menggali kedalam sampai ita mendapat formasi mental, sistem nilai, yang greget dan membuat hawa kita menjadi baik bahkan hanya dengan mengingatnya saja. Menurut studi (Selingman, 2002) terbukti bahwa orang-orang yang memiliki tujuan hidup dan makna yang mendalam akan lebih berbahagia.
c. Faktor Energi Senang – Perasaan
Faktor selain tubuh dan pikiran adalah juga perasaan. Dari segi perasaan kita memahami bahwa perasaan ada lokasinya di tubuh. Ya, ciri khas perasaan adalah itu. Ada lokasinya di tubuh, dan juga muncul karena proses pemaknaan. Perasaan juga bisa muncul ketika dipanggil.
Ya, ini rahasia yang sangat simple namun orang jarang memanfaatkannya. Yaitu perasaan bisa muncul ataupun lenyap ketika dipanggil atau diniatkan. Inilah pokok dari berbagai ilmu esoterik, yaitu memanggil hawa atau memancing energi.
Secara saintifik ini juga terbukti, bahwa niat adalah faktor yang sangat besar dari munculnya formasi mental dan juga perasaan. Semua hal atau fenomena dapat Anda jadikan tehnik terapi. Kuncinya adalah Niat dan Penghayatan.
Ya, kunci intinya adalah Niat dan Penghayatan. Buang Air Besar dapat menjadi tehnik terapi ketika sebelumnya Anda niatkan, “Biarlah dalam buang air besar ini seluruh energi negatif, hawa kekesalan dan dendam keluar secara sempurna.”, lalu Anda hayati proses Buang Air Besar tersebut. Begitupula dengan kegiatan lain seperti mandi, makan, minum, menulis, ataupun melukis. Kesemuanya itu dapat Anda gunakan sebagai tehnik untuk melepaskan energi ataupun memanggil energi.
Sehingga kesimpulan dari Bahagia Level Dua adalah Niat + Tambahkan Faktornya. Ya, Panggil hawa bahagia dengan Niat, lalu tambahkan Faktornya. Pendekatan ini juga dapat Anda gunakan untuk memunculkan hawa berlimpah, hawa semangat, hawa syukur, atau hawa apa saja. Niat + Tambahkan Faktornya.
Ketika saya misalnya mau membangun energi bahagia jenis syukur, maka saya akan memanggil syukur dengan niat yang tulus. “Wahai syukur, hadirlah.”, lalu saya akan menambahkan faktor-faktornya. Misalnya saya bayangkan tokoh yang bersyukur masuk kedalam tubuh saya (faktor bentuk pikiran), saya atur tubuh saya dengan tulang belakang yang tegap (faktor tubuh), saya putar lagu yang berirama syukur (faktor lagu yang memancing bentuk pikiran), saya buat ruangan saya selega mungkin (faktor ruangan yang memancing keselarasan tubuh dan pikiran). Serta faktor-faktor lain yang sifatnya relatif dan subjektif. Setiap orang berbeda.
Apa faktor bahagia kesukaan Anda? Bagaimana cara dan kegiatan subjektif Anda untuk menciptakan hawa bahagia ? Lakukanlah itu secara sadar untuk membangun hawa yang di inginkan. Dengan sadar memilih hawa-hawa kebahagiaan.
Tambahan riset-riset mengenai kebahagiaan yang dapat kita sikapi sebagai faktor-faktor tambahan yang dapat kita bangun :
– Orang yang bahagia cenderung memiliki relasi yang intim dengan orang lain (Grant and Glueck, 2010)
– Orang yang bahagia cenderung memiliki semangat, pemaknaan yang baik, dan juga apresiasi terhadap segala situasi (Selingman, 2002)
– Pola tidur yang baik berpengaruh terhadap tingkat kepuasan hidup (Boll & Branch, 2015)
– Mau melihat hidup secara lebih mendalam dan memaknai kecantikan didalam seni serta kehidupan itu sendiri (Jung, 1960)
– Dan Lain Sebagainya
Level 3 : Kebahagiaan adalah Menikmati dan Menerima Momen Kini
Level dua saja sejatinya juga sudah baik. Sangat baik. Namun hanya saja memang ada pilihan yang lebih dalam untuk menikmati hidup. Menuju ke level tiga adalah jembatan yang mengarah pada pemaknaan kehidupan yang lebih dalam. Jika di level pertama dan kedua masih ada dualitas, mulai masuk ke level tiga adalah mulai masuk ke area nondual happiness. Merangkul susah dan senang, hitam dan putih, kiri dan kanan sebagai suatu kesatuan tarian, sebagai suatu kesatuan orkestra kehidupan. Jika di level satu dan dua bahagia masih sama dengan rasa senang, di level tiga dan selanjutnya bahagia adalah merangkul susah maupun senang sebagai suatu keindahan. Baik susah maupun senang diterima sebagai suatu karunia kehidupan.
Cara untuk membiasakan dan memahami bahagia di level tiga ini adalah dengan berlatih Napas, Jeda, dan Jalan. Berlatih napas adalah dengan semudah menyadari napas. Napas adaolah fenomena yang sering tidak kita sadari, padahal sangat penting dan satu hal yang sangat bisa kita nikmati. Nikmati saja napas, dengan menarik dan membuangnya. “Tarik napas, aku mengetahui bahwa aku menarik napas. Buang napas, aku mengetahui bahwa aku membuang napas.” Atau alternatif lain, “Tarik napas saya menyadari badan saya, buang napas saya mensyukuri badan saya.”, hal lain yang juga dapat kita praktekkan bersama napas adalah dengan berjeda.
Berjeda sangatlah baik untuk kita lakukan. Berjeda adalah seperti kalau orang jawa bilang adalah leyeh-leyeh. Seperti kita sehabis kerja dari senin sampai jumat, lalu jumat pulang kerja dan merebahkan diri kita di sofa yang sangat empuk. Namun ini bedanya adalah lakukan hal tersebut dengan tulang belakang yang tegap, leher yang tegap dan juga dengan mata terbuka. “Huahhhh !”, seperti itu.
Namun dengan tulang belakang dan leher yang tegap. Sadar namun rileks adalah sebuah kondisi yang ajaib. Saya ulangi, sadar namun rileks adalah kondisi yang ajaib. Jeda ini manfaatnya sanagt banyak, dan sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Dengan jeda, kita bisa lepas dari pola-pola kemapanan, dan melampaui pola tersebut dan membentuk pola baru.
Cara ketiga untuk membiasakan hidup dalam kebahagiaan level tiga adalah dengan berjalan. Melakukan penghayatan penuh saat berjalan. Ketika kita berjalan, biarlah kita berjalan seperti diri kita mencium bumi. Berjalan menjadi suatu momen yang sangat indah, berjalan menjadi sebuah momen yang sangat menyembuhkan.
Melakukan berjalan dengan penuh penghayatan dan kesadaran ini adalah praktek yang sangat ajaib, dan tentu kegiatan berjalan hanyalah sebagai contoh. Sebetulnya kita dapat melakukan kegiatan apapun seperti mandi, makan, minum, keramas, pijat, dengan penuh kesadaran dan penghayatan, maka kegiatan tersebut menjadi sebuah praktek kebahagiaan.
Karakteristik dari kebahagiaan level tiga ini adalah nondualistik. Artinya bahagia bukanlah hanya hawa senang atau energi senang. Bahagia adalah menikmati apapun energi yang muncul, bahagia adalah menyadari bahwa rasa susah maupun senang adalah suatu karunia yang sangat indah.
Menyadari bahwa “Baiknya Tuhan” bukan hanya sekedar terpenuhinya keinginan-keinginan ego kita. Namun menyadari bahwa “Baiknya Tuhan” adalah sangat termasuk dengan segala tantangan-tantangan dan kekampretan hidup kita. Kita menyadari bahwa penjahat, koruptor, dan berbagai hawa gelap lainnya adalah bagian dari cerita indah kehidupan.
Namun justru dengan menyadari itu kita kalau mau bisa mengambil peran untuk menciptakan hawa baik dan melaksanakan peran baik di dalam hidup ini. Bukan dengan kekuatan kebencian, melainkan dengan kekuatan Kasih dan Pengertian. Serius saya katakana bahagia level ini adalah pintu gerbang menuju pemahaman-pemahaman yang lebih mendalam.
Memiliki prinsip yang kokoh tentang benar dan salah itu baik. Namun sepanjang kita tidak mau melihat hidup secara lebih mendalam, maka penderitaan bathin sudahlah memang menjadi fitrah dari hidup kita. Kebahagiaan mulai di level tiga ini adalah bebas dari sebab dan kondisi. Bahagia adalah menikmati segala sebab dan kondisi sebagai suatu tarian yang indah (Pryer, 2003). Bahagia bukanlah perasaan di level ini, bahagia adalah menikmati segala kegiatan dan perasaan, menikmati segala fenomena sebagai sebuah tarian kehidupan. Bahagia di level ini secara literal adalah mengubah struktur otak dan kemudaan kita (Rinpoche, 2007; Tolle, 2010), berpengaruh terhadap hawa dan energi di level dua (Singh & Modi, 2012), dan juga mempengaruhi bagaimana kita memiliki welas asih terhadap sekitar kita (McKnight, 2012).
Oleh karena itu marilah kita mempraktekkan Napas, Jeda, dan Jalan sebagai praktek keseharian kita. Dengan mempraktekkan ini maka kita akan dapat melihat hal-hal yang lebih mendalam. Misalnya dalam percakapan virtual ini, kita dapat melihat handphone kita, lalu dapat melihat produsen handphone kita, para pekerja pabrik yang membuat handphone kita, lalu dapat melihat semangat mereka, ayah dan ibu mereka karena jika tak ada mereka maka tidak mewujudlah handphone yang Anda pegang.
Level 4 : Kebahagiaan adalah Kesadaran Agung Yang Melampaui Segala Fenomena
Bahagia di level tiga adalah yang paling mentok yang dapat dijelaskan via WhatsApp atau Telegram. Sayapun baru berani merumuskan cara yang sistematis mensharingkan bahagia di level empat dan lima ini sejak November tahun 2015. Hingga sekarang masih dapat mensharingkan ini hanya dalam format bertemu muka, itupun tidak dalam format public speaking dalam audiens jumlah besar. Melainkan hanya dalam privat atau semi privat saja. Namun tenang para sahabat, sejatinya dengan mempraktekkan bahagia di level tiga, maka pemahaman di level empat dan lima akan mengikuti secara otomatis. Ya, otomatis. Hanya soal waktu saja, secara alamiah akan terjadi. Namun dalam kesempatan kali ini, biarlah saya mensharingkan cerita-cerita atau perenungan saja terkait hal-hal ini. Siapa tahu ada manfaat yang dapat diambil.
Sebetulnya siapakah diri kita ? Siapakah saya ? Ketika saya mengatakan, “Saya adalah Andre”, itukan adalah nama saya. Ketika saya katakan, “Saya seorang trainer.”, itukan profesi saya. Atau saya misalnya mengatakan, “Saya adalah makhluk Tuhan yang semangat.”, itukan adalah konsep diri saya tentang saya sendiri. Ketika kita mengatakan, “Saya adalah orang tua yang baik”, itukan konsep diri kita lagi secara sosiologis. Sebetulnya siapa diri kita ini? Apakah aku adalah pikiranku ? Masa sih ? Bagaimana aku adalah pikiranku kalau aku dapat menonton pikiranku ? Apakah aku adalah perasaanku ? Apakah aku adalah tubuhku? Atau akulah yang menyadari tubuhku ? Agama mengatakan Ruh, namun seperti apakah Ruh itu ? Apakah ia berbentuk, berlokasi, ataukah ia melampaui bentuk dan lokasi ? Dapatkah ia dikenali ? Siapakah Kebahagiaan Alami yang ada ketika kita berjeda itu ? Apa yang tersisa ketika seluruh konsep-konsep dilepaskan ? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Sejatinya dengan berani membuka diri terhadap pertanyaan-pertanyaan itu, maka kita akan secara otomatis diajarkan oleh Sang Guru Sejati menuju pemahaman yang lebih mendalam. Pada akhirnya pendek kata kita akan menyadari bahwa akulah sang bahagia itu sendiri. Ya, bahagia adalah true nature dari diri kita sendiri. Sebetulnya hal ini sudah dapat kita sadari sekarang dengan kedalaman pemahaman yang kita miliki. Seiring waktu kedalaman pemahaman itu akan semakin dalam, beriringan dengan bagaimana kita mengambil hikmah dari penderitaan dan kisah-kisah yang kita alami.
Level 5 : Kebahagiaan adalah kesadaran agung
Pada akhirnya kita tidak hanya akan melihat diri kita sebagai sang bahagia yang lepas dari segala fenomena. Secara nyata, real. Ini bukanlah konsep namun adalah pengalaman langsung, direct experiences. Yang sampai kapanpun teori dan konsep tak akan pernah dapat menggapainya. Mungkin terlalu rumit, namun tak apa.
Insya Allah kita akan digiring langsung menuju realisasi yang lebih dalam. Seriously kebahagiaan alami adalah hakikat dari segala fenomena, bahan dasar dari segala fenomena. Mempraktikkan bahagia level tiga adalah jalan yang membuka kepada pemahaman itu secara otomatis. Dalam jeda kita melihat bahwa ada kebahagiaan alami dalam diri kita. Seperti layar televisi yang dimatikan, maka akan muncul layar berwarna hitam. Jelas. Namun lambat laun kita akan tahu bahwa meskipun layar televisi dinyalakan, layar hitam itu tetap ada. Hanya seolah tertutupi oleh kejamakan warna dari televisi tersebut. Serta bahan dasar dari kejamakan warna layar tersebut adalah warna hitam itu sendiri.
Penutup
Tidaklah perlu terlalu memusingkan bahagia level empat dan juga lima. Yang penting adalah kita sadari bahwa bahagia level satu adalah kurang seru karena menggantungkan kebahagiaan kita pada fenomena luar. Lalu membentuk secara sadar hawa bahagia itu melalui niat dan menambahkan faktor-faktornya di level kedua. Lalu mempraktekkan nondual happiness dengan merangkul segala fenomena kehidupan dalam jeda, napas, dan jalan. Maka secara otomatis perjalanan menuju kebahagiaan level empat dan lima akan terjadi dengan sendirinya.
Lagipula bahagia (dan kehidupan) sejatinya secara hakikat memang tidak ada pola, model, dan levelnya. Namun model ini hanyalah membantu kita dalam perjalanan. Dengan memahami Lima Level Kebahagiaan ini, misalnya saat kita mengalami macet kita bisa menggunakannya. Kita menyadari bahwa bahagia kita tidak tergantung macet atau tidaknya jalan, lalu kita berjeda dan dengan sadar membangun hawa senang dengan cara memaknai macet dan dengan niat. Lalu yang terpenting adalah menyadari bahwa macet adalah bagian dari keindahan kehidupan. Menikmati segala bunyi klakson dan asap sebagai suatu fenomena yang terjadi di momen kini. Indah, sungguh sangat indah. Jika sudah begitu yang bisa kita katakan hanyalah Syukur, Syukur, dan Syukur.
Daftar Pustaka
Bell, J. (2010). Beyond beautiful and ugly: Nondual thinking and aesthetic theory. Analysis and Metaphysics, 19-34.
Cuddy, A. J. (2012). The Benefit of Power Posing Before a High-Stakes Social Evaluation. Harvard Business School Working Paper.
Daniels, B. (2005). Nondualism and the Divine Domain. The International Journal of Transpersonal Studies.
Dilts, R. (2003). From Coach to Awakener. Meta Publications.
Fenner, P. (2003). Sacred Mirror: Nondual Wisdom and Psychotherapy. Paragon House.
Fromm, E. (1973). The Anatomy of Human Destructiveness. Chicago: Holt, Rinehart and Winston of Canada.
Hall, L. (2013). Mindful Coaching: How Mindfulness can Transform Coaching Practice. Kogan Page.
Lorentz, T. E. (2002). An analysis of nondualism in Nagarjuna’s “Mulamadhyamakakarika”. Canada: ProQuest Dissertations & Theses Global.
Loy, D. (1988). Nonduality: A Study in Comparative Philosophy. New Haven: Yale University Press.
McKnight, D. (2012). Tonglen Meditation’s Effect on Levels of Compassion and Self-Compassion. Journal of Pilot Studies and Instructional Guides.
Parker, J. D. (1989). Playful nonduality: Japanese Zen interpretations of landscape paintings from the Oei Era (1394-1427). Michigan: ProQuest Dissertations & Theses Global.
Pryer, A. C. (2003). Meditations on/in non/dualistic pedagogy. Canada: The University of British Columbia.
Rinpoche, M. (2007). Joy of Living. Crown Publishing Group.
Selingman, M. (2002). Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press.
Singh, A., & Modi, R. (2012). Meditation and positive mental health. Indian Journal of Positive Psychology, 273-275.
Tolle, E. (2010). The Power of Now. New World Library.
PERTANYAAN:
1. Bagaimana caranya kita membuang kesedihan masa lalu?(Edu)
2. Bagaimana korelasi kesyukuran dengan kebahagian? (Edu)
3. Saya seminggu 3x mencoba menggunakan audio dr Coach Andreas. Maunya tiap hr tp blum bisa konsisten.Apa tiap sesinya kita bagusnya fokus pd satu mslh saja? Atau bgmn? (Yovita)
4. Dengan menyadari personal value kita dan bisa mengoptimalkan potensi yang sesuai diri kita, apakah sudah bisa disebut kita bahagia? Dengan hal diatas itu berarti masuk level berapa? (Yovita)
Jawaban
1. Bagaimana cara membuang kesedihan masa lalu ? Karena kadang itu membuat kita tidak bahagia, krn kadang kalau muncul menjadi not happy, kita berusaha bersyukur atau bagaimana?
Wokeiiii.. pertanyaan yang josss yaaa.. Bagaimana cara mentransformasi kesedihan di masa lalu menjadi sebuah kebijaksanaan ? Disini kita menggunakan paradigma Bahagia Level 2 dan 3.. caranya adalah dengan menggunakan pendekatan yang tepat.. Lalu apa pendekatan yang tidak tepat ? Pendekatan yang tidak tepat adalah hanyut dan melawan (aversion). Dengan kita hanyut terhadap kesedihan, atau dengan kita membenci / menolak / melawan kesedihan.. kita sebetulnya sedang memperbesar energi kesedihan itu.. Sayangnya inilah cara umum yang diketahui orang.. yaitu kalau nggak dia hanyut.. maka dia melawan atau menolak.. Jangan.. jangan..
Pendekatan yang lebih indah adalah dengan menerima.. mendekap.. mendekap kesedihan itu.. membuka diri terhadap pengajaran Guru Sejati.. pengajaran Tuhan.. sambil menarik napas.. katakan, “Ajari aku Tuhan untuk dapat mentransformasi kesedihan ini.. ajari aku Tuhan.. meskipun aku masih ada perasaan sedih.. namun Ajari aku Tuhan.. aku terbuka kepada tuntunanMu..”, dengan sikap openess inilah.. keterbukaan inilah sebetulnya zona penyembuhan dapat terjadi.. (bahasa lebih advancednya.. openess adalah gerbang menuju Generative Zone.. Stephen Gilligan / Milton Erickson), intinya zona penyembuhan ada disana.. dengan mendekap.. menerima.. mentransformasi.. perlahan.. kalau kita gunakan bahagia level 2.. kita dengan sengaja Meniatkan lalu menambahkan faktor-faktor dari kesembuhan dan kesyukuran.. kita putar lagu yang dapat membantu memaknai itu.. kita dengan sadar memaknainya.. dengan posisi tubuh yang pas.. lalu kita bangun energi syukur.. jangan dipaksakan.. terima dulu.. jangan membenci kesedihan.. dan niatkan untuk transform.. ajari aku Tuhan.. kalau bahasa non-religinya.. “I don’t know.. I don’t really know I am just curious about what is possible..” (ngga ngerti.. aku ngga ngerti.. aku hanya ingin tahu secara tulus.. bagaimana penderitaanku dapat berubah menjadi berkah.. ajari aku)
2. Bagaimana korelasi kesyukuran dengan kebahagian? (Edu)
Menurut penelitian Robert A. Emmons, Ph.D bersyukur membuat tubuh fisik dan mental lebih sehat. Sehingga ketika tubuh fisik dan mental lebih sehat maka kebahagiaan lebih mudah dibentuk (level 2), atau lebih mudah disadari (level 3 – 4 -5). Secara hubungan langsung menurut pengalaman hidup saya pribadi.. juga syukur sangatlah baik.. Saya memulai perjalanan ini dengan syukur.. dari seorang anak yang dibully.. broken home.. penuh kedukhaan.. dan beberapa kali hendak bunuh diri.. saya mentransformasinya dengan syukur.. dengan menuliskan apa yang saya syukuri di kertas.. mensyukuri yang telah saya miliki.. yang saya sedang lihat (dengar.. rasakan).. dan juga yang belum saya miliki.. maka shifting hawa itu dapat luar biasa terjadi..
Secara level 3 juga mengapresiasi setiap langkah.. jeda.. napas.. juga adalah otomatis syukur..
3. Saya seminggu 3x mencoba menggunakan audio dr Coach Andreas. Maunya tiap hr tp blum bisa konsisten.Apa tiap sesinya kita bagusnya fokus pd satu mslh saja? Atau bgmn? (Yovita)
Nahh ini nyambung.. luar biasa.. saya jadi inget nih.. ya sudah sehabis ini saya kasi bonus Audio yang itu (yang sebetulnya waktu itu sudah).. karena Audio itu adalah penerapan bahagia level 2 dan 3 (nyerempet ke 4).. Fokus sama satu masalah boleh.. mau secara random mempercayakannya pada creative consciousness (kesadaran kreatif) juga boleh.. Namun gini.. sama seperti pertanyaan diatas.. maka mindsetnya mesti..
Jangan ngoyo.. Jangan maksake.. Jangan membenci kesedihan.., intinya jangan menolak kesedihan.. “Ohh aku mendengarkan audio andre untuk menolak semua kesedihanku.. pergi kau kesedihan..” itu jangan.. kurang ngepek hehe.. dengan menerima dan mentransformasi.. lebih bisa baik.. 😉
4. Dengan menyadari personal value kita dan bisa mengoptimalkan potensi yang sesuai diri kita, apakah sudah bisa disebut kita bahagia? Dengan hal diatas itu berarti masuk level berapa? (Yovita)
Personal value itu masuknya sistem nilai yang sangat dalam.. Core value.. Itu kaitannya dengan Energi Tubuh / Hawa.. atau State yang Mendalam.. atau Flow Zone.. Nahh itu ada di bahagia Level 2 tapi yang paling mentok.. dalam arti kalau pertanyaannya adalah mau membentuk Energi Senang yang tingkat terdalam (Pure Satisfaction), yang adalah mempersering Energi Satisfaction itu untuk datang (meskipun hakikatnya tetap tidaklah kekal.. pasang surut) Maka jawaban untuk mempersering itu adalah dengan menemukan personal value..
Menurut riset yang pernah saya baca.. diteliti bahwa orang yang menemukan personal value adalah energi / hawa-nya relatif lebih powerful.. lebih gregetz hidupnya..
KESIMPULAN:
1. Kebahagiaan itu sebab, bukan akibat.
2. Kebahagiaan ada dalam diri kita masing-masing.
3. Kebahagiaan adalah diri Anda.
4. Kebahagiaan sejati bukan diluar tetapi didalam.
5. Pelajari 5 level kebahagiaan Anda akan bisa optimal melangkah.
Closing Statement
Terima kasih para sahabat.. hendaklah kita menyadari bahwa bahagia tidaklah tergantung oleh fenomena luar (Level 1), namun kita bisa sendiri dengan mengelola tubuh – pikiran – perasaan.. bahwa rasa senang dapatlah kita bikin-bikin sendiri secara relatif.. lakukan yang terbaik.. (Level 2), lalu yang lebih penting dari rasa senang.. bahwa kita juga nggak bisa terus-terusan senang.. adalah menikmati Hidup saat ini (Level 3).. menikmati segala Apapun yang terjadi pada diri kita sebagai Tarian Tuhan.. nikmati setiap gerakan kecil seperti makan.. minum.. dan bernapas..
Untuk menikmati hidup dan bersyukur.. Untuk Menerima Segala Apa Yang Terjadi Saat ini kita akan otomatis menyadari Bahwa Bahagia adalah Kesadaran Yang ada Dibalik Segala Sesuatu (Level 4), dan Bahwa Bahagia bukan hanya dibalik segala sesuatu, tapi juga Ada Didalam Segala Sesuatu (Level 5)..
(((( bahwa kita adalah bahagia itu sendiri ))))
Mengikuti kuliah online via wa ini saya jadi teringat salah satu hadist HSR Muslim (no. 2999) yang mengatakan “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”
Bersabar dan bersyukur, salah dua kunci kebahagiaan itu sendiri. Ketika kita menyadari bahwa Allah adalah Pembuat Skenario Terbaik dalam diri kita, di sanalah kita akan merasakan kebahagiaan.
Selain itu saya juga belajar tentang cara mentransformasi kesedihan di masa lalu menjadi sebuah kebijaksanaan. Belajar menerima kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan. caranya adalah dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Saya jadi ingat dengan egostate yang pernah diajarkan oleh trainer NLP. Mengumpulkan kesedihan, kemarahan, baik hati, dan sang bijak. Mendekap, menerima, mengajak komunikasi, saling terbuka. Meniatkan lalu menambahkan faktor-faktor dari kesembuhan dan kesyukuran.
Selain itu saya juga belajar kalau bahagia bisa diteliti dan dianalisis. Bahkan ada penelitian tentang bahagia itu sendiri.
Terimakasih Coach Andreas Pasolympia atas ilmu yang disampaikan.
1 Comment. Leave new
Such a nice calm relaxing blog