Tak pernah meyangka sebelumnya bisa berangkat haji reguler dengan masa tunggu hanya 3 tahun. Kejutan dan hadiah istimewa dari Allah. Benar-benar ya, kalau sudah “Kun” maka terwujud hanya hitungan bulan.
Bagaimana ceritanya?
Bismillah, tanpa bermaksud apa-apa, hanya berharap semoga cerita ini dapat menginspirasi teman-teman.
Mimpi berhaji sudah ada di benak saya sejak 2010. Namun saya baru bisa membayar 25 juta untuk DP haji tahun 2016. Berangkat 2019 dengan pelunasan 11 juta.
Jika ingat nominal-nominal itu, rasanya saya mau nangis. Darimana saya bisa ngumpulin uang sebanyak itu? Total gaji saya perbulan jauuuuh dari UMR. Bahkan sering kali tak sampai setengahnya. Karena itulah saya usaha sana-sini untuk memenuhi kebutuhan.
Jika boleh jujur, 36 juta bukan pure uang saya semua. Ada saja rezeki yang tiba-tiba datang yang mempermudah terwujudnya mimpi berhaji. Allahu Akbar.
Saat saya mau berangkat, saya merenung. Apa yang membuat saya bisa berangkat? Berulang kali saya merenung hingga menemukan satu titik yang mungkin itu adalah jalan saya berangkat haji.
Tiba-tiba saya teringat dengan bunyi hadis “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa ketika ia berdoa, doa orang yang terzalimi (HR Tirmidzi).
Hasil renungan saya terpaku pada kata “kekuatan doa”.
Jika boleh menapak ke belakang. Ada saat dimana saya difitnah dan didholimi. Satu cerita hidup yang membuat banyak teman mulai mendekat dan memberi penguatan terhadap fitnah tersebut. Saat itulah saya banyak merapal doa. Haji, rezeki berkah, beasiswa, bahagiain ortu, ilmu bermanfaat, dan lain-lain dan lain-lain.. sebanyak-banyaknya. Semua doa positif saya ucap satu persatu tiap kena fitnah atau didholimi.
Mendoakan orang yang mendholimi? Tidak. Menjelekan orang yang mendholimi? Tidak juga. Hehhe.
Saat dimakbulkannya doa, saya buat doa kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat.
Dan benar, bersama kesedihan hadir kebahagiaan. Setelah pengalaman kurang mengenakan, tidak menunggu lama alhamdulillah saya dapat beasiswa S2 (2015), pelunasan haji (2016), jalan-jalan dalam dan luar negeri plus syuting MTMA (2017), lulus S2 dan ikut PPG (2018), trus lulus PPG dan sertifikasi 2019. Ini nikmat yang terlihat mata. Nikmat yang tak terlihat lebih banyak dari ini. MashaAllah. Allah tak membuat saya sedih semenitpun meski banyak orang di kanan kiri saya kasihan, memandang miring, atau meremehkan ketika melihat kejadian yang menimpa beberapa tahun lalu. Alhamdulillah.
Alhamdulillahnya lagi setelah peristiwa itu banyak sahabat yang support dan menemani saya bangkit. Orang tua, saudara, dan sahabat inilah yang paling berjasa dalam hidup saya. Mereka tetap percaya meski ada suara tak mengenakan terdengar. Mereka tetap ada ketika saya butuh. Alhamdulillah anugerah tersendiri memiliki orang tua dan banyak sahabat yang menyayangi kita.
Oke lanjut di cerita haji.
Setelah 2016 pelunasan, saya kembali ke aktivitas biasanya. Predikisi saya berangkat kurang lebih 20 tahun lagi.
Beberapa saudara menyarankan buat cek, siapa tahu maju. Tapi saya belum tergerak untuk cek. No porsi saja saya tak ingat.
Menunggu haji kok lama sekali. Tahun 2017 saya mencoba nabung buat umroh sambil terus berdoa. Memanfaatkan waktu diijabahinya doa. Saat berbuka puasa, perjalanan, mencari ilmu, diholimi, difitnah, saat hak saya tidak terbayarkan, minta doa orang tua,minta doa murid-murid, serta cara lain agar bisa segera ke tanah suci.
Selain itu saat I’tikaf di bulan Ramadhan saya bikin lingkaran doa dengan murid dan sahabat yang I’tikaf. Kebetulan saya punya murid yang I’tikaf bareng. Jadi kami mojok, duduk melingkar, menulis doa, dan mengamini doa masing-masing. Awalnya murid-murid saya canggung. Tapi alhamdulillah hari berikutnya terbiasa.
Tiap malam ganjil, ritual duduk melingkar, dan mengamini doa ini kami lakukan. Salah satu doanya semoga 2018 bisa umroh. mengulang doa tanpa bosan.
Lha kersaning Allah 2018 tabungan nipis, harapan untuk umroh kandas. Putus asa? Tidak!
Akhir 2018 saya dan dua sahabat yang ketemu saat I’tikaf (Mbak Ima dan Mbak Mega ) berazzam untuk benar-benar berusaha ke tanah suci tahun 2019. Bulan Desember, kami itung-itungan nominal uang yang harus kami kumpulkan agar Desember 2019 bisa umroh plus Turki.
Melihat nominal yang harus dikumpulkan saya ketar ketir. Sebagai guru swasta yang pendapatannya tak sampai setengah target tabungan bikin saya goyah. Tapi bismillah, tak ada yang tak mungkin.
2019 dalam pikir saya, saya udah dapat sertifikasi. Karena sertifikat saya April 2018. Tapi ternyata sertifikasi tidak langsung cair. Sampai mau berangkat belum cair wkwkkw. Belum rezeki.
Jadi awal 2019 saya rajin mencari job tambahan dari blog dan sosmed, job liputan keluar kota, mengurangi anggaran makan, sedekah dibanyakin, shopping dikurangi, dan beberapa usaha lain agar tabungan sesuai target.
Evaluasi awal bulan Februari alhamdulillah tabungan sesuai target. Tapi pertengah Februari menurun lagi. Soalnya pendapatan awal Februari ditabung, lha tengah-tengah bulan bingung wkwkkw. Harus kerja keras lagi nih.
Sekitar Maret ada woro-woro percepatan haji lewat penggabungan orang tua. Alhamdulillah orang tua berangkat tahun 2019. Saya mencoba mengajukan ke Depag dengan membawa beberapa persyaratan. Lanjut gabung KBIH yang diikuti ortu. Pendaftaran penggabungan ini dibantu KBIH juga. Mencoba, siapa tahu beruntung.
Beberapa bulan saat mengurus pendaftaran, saya kehabisan suara gegara sakit LPR, harus rutin kontrol ke dokter, mewakili gugus untuk guru prestasi, proyek akhir, bikin rapot, daftar Bantu Guru Melihat Dunia, liputan keluar kota, manfaatin sosmed dan blog buat nambah tabungan, plus beberapa amanah lain. plus kerja keras demi mimpi ke tanah suci. Maaf ya otak, tubuh, serta hati terlalu saya forsir.
30 April ada edaran daftar nama yang berhak melunasi tahap 2. MashaAllah ada nama saya. Langsung sujud syukur, pengajuan saya diterima. Terimakasih Allah.
Alhamdulillah ya, kalau rezeki nggak kemana. Selalu ada jalan yang Allah berikan agar saya bisa berangkat haji. Dipermudah banget, alhamdulillah.
Bagaimana proses pengajuan percepatan lewat cara penggabungan dengan ortu, inshaAllah di tulisan berikutnya.
Bagaimana dengan 2 teman saya? Alhamdulillah kami bertiga sama-sama ke tanah suci tahun 2019. Mbak Mega Umroh regular bulan Oktober, Mbak Ima umroh plus Turki bulan Desember, dan saya haji 2019. Masha Allah alhamdulillah doa dan usaha kami menjadi nyata. Meski sebenarnya pingin bareng-bareng, tapi ternyata beda. But, alhamdulillah. Finally we can!
22 Comments. Leave new
MasyaAllaah. Mrinding mbaaak 😭😭
Kalau gabung dengan ortu yg lansia atau salah satu ortu telah meninggal memang kita bisa maju tahun keberangkatannya asalkan kita sendiri sudah mendapat porsi haji..
Hihii udah kudugaa sama orang tua… tapi baru tahu kalo begitu harus ngajukan. Masyallah yaa mbak zie top banget kok emang.
Ya Allah Mbak, inspiratif banget ceritanya. Iya, hal yang terlupa saat terpuruk buat saya justru itu. Malah sebetulnya di saat itu seharusnya kita banyak-banyak berdoa ya. Tulisan ini benar-benar jadi pengingat buat saya. Jazakillah khair Mbak.
Jika Allah sudah berkenan, tidak ada yg tidak mungkin bagiNya
Jika Allah sudah berkehendak, tidak ada yg tidak mungkin bagiNya
Ditunggu ceritanya versi mbak ima yach 😀
Saya baper baca ceritanya mba.
Saya dan suami juga sedang nabung buat berhaji.
Tapi saya paling baper sama kekuatan doa ya…
Masya Allah… tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak.. kekuatan doa dan kesabaran mbak sangat luar biasa.
Habis gelap terbitlah terang. Hehehe. Begitu kan mba? Manusia boleh saja menentang kehendak manusia, tapi manusia gak akan bisa menentang kehendak Allah. Sangat menginspirasi.
Masya Allah. Membaca cerita Mbak Zie, semakin menguatkan, betapa besarnya kekuatan doa kepada Allah SWT. Dan pastinya harus disertai usaha juga ya, Mbak. Dan memang, kalau Allah sudah berkehendak, dan sudah rezeki, maka semuanya akan dipermudah, dan diperlancar, Mbak.
Luar biasa Mbak. Sangat luar biasa, perjuangannya. Ikut terharu.
Kalau mau cepat memang harus mengajukan bersama orangtua. Ini sangat memungkinkan. Makanya yang ingin segera naik haji, ayok gandeng tangan orangtua kita ke Ka’bah. Bahagia dan ridho beliau mengantarkan kita ke sana.
Masya Allah Mbak..jika Allah sudah berkehendak ya enggak ada yang enggak mungkin. ..Barakallah untuk semua kemudahan yang didapatkan
MasyaAllah Tabarakallah..
Doakan saya juga Mba, agar bisa menyusul seperti cara Mba nya. Terimakasih udah share mba ..
Alhamdulilah doanya cepat terkabul ,tolong doakan kami segera menyusul ke sana
Selama tiga tahun dari 2015 luar biasa rejekinya ya mbak. Apalagi ada saja cobaan dijolimi, tapi semua berkat doa. Akhirnya dapat terwujud
Masyaallah tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Alhamdulillah ya Mba, Allah memberikan yang terbaik buat Mba.
Tengkyu udah sharing. Selalu senang dengan cerita2 haji yang suka bikin amazed gtu mbak, semoga aku juga bisa nyusul pergi ke tanah suci mbak, yang penting banyakin usaha dan doa ya mbak, dan memantaskan diri utk bisa dipanggil Allah ke sana.
Wah, thank you for sharing yaa Bu Hajjah, senang sekali pastinya sudah menjadi dhuyufurrahma, huhuu. Nangis dong yaa bertatapan lgsg dg ka’bah al musyarofah
Wah, mbak izie, aku bacanya terharu, pokoknya mah kita kudu positif thinking atas apapun, karena semua ini berjalanan sesuai skenario Allah SWT. Semangat mbak…
menarik, mbak. semoga jadi penyemangat buat yg mau berhaji.
Masya Allah, bener bener yaa..kalau Allah SWT sudah berkehendak, ya pasti ada aja jalannya. Baru-baru ini tuh habis dengar cerita teman-teman, antrian haji reguler di Lombok udah panjang banget, 15 apa 20 tahun gitu. Ckckck