Pas kesini pengunjungnya buanyaaaak… masuk masjid antri, perpusnya juga, bahkan untuk foto-foto juga bocor, karena full pengunjung. Jadi kami menikmati suasana masjid dari luar. Mungkin karena musim haji, jadi banyak pengunjungnya. Kata teman seperjalanan, biasanya kalau kesini pas umroh tak seramai hari itu.

Alhamdulillah bisa ke sini, semoga bisa meneladani beliau. aamiin. Semoga next bisa ke sini lagi, melihat kitab-kita yang ada di dalam perpustakaan. Aamiin.

Oiya dinamakan Masjid Abbas karena tempatnya di samping Makam Ibn Abbas. Ibn Abbas atau Abdullah bin Abbas adalah seorang sahabat Nabi dan juga sepupunya sejajar dengan Ali bin Thalib.

Masjid ini letaknya di kaki sebuah bukit yang dipercayai sebagai tempat Nabi beristirahat. Sejarahnya, saat itu Nabi beristirahat sambil meletakkan kepala dengan penguat siku tangannya di atas batu. Tiba-tiba batu itu ambles. Di tempat itulah kemudian diberi tanda dengan didirikan masjid dengan nama Kuk atau Kaw’ yang berarti sikut.

Di dalam masjid ini ada ruangan kecil yang bisa digunakan untuk salat beberapa orang. Kondisinya tak terawat. Karena pengunjungnya yang banyak, kami mengamati masjid ini dari luar.

Masjid Qantara atau masjid Al-Madhoun memiliki pertalian sejarah dengan kerajaan Turki Ottoman. Masjid ini dibangun pada era Ottoman dengan gaya bangunan yang terinspirasi dari arsitektur Abbasiyah, yang memberi kesan kuno.

Tak lama kami ke sini, karena tidak bisa masuk. Ramai sekali heheh

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, di Thaif Rasululah pernah dilempari batu. Lha saat itu beliau ke kebun anggur milik Uqbah bin Rabi’ah. Kemudian bertemu Addas.

Addas meletakkan anggur di hadapan Rasul, dan berkata “Makanlah”. Rasulullah lalu mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, “Bismillah” Kemudian memakannnya.

Addas terkejut mendengar ucapan Rasulullah. “Demi Allah, kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk daerah ini,”.

Rasul bertanya, “Kamu dari daerah mana dan apa agamamu?”

Addas menjawab, “Saya seorang Nasrani dari daerah Ninawa (sebuah desa di Mosul-Irak),”

“Apakah kamu dari negeri seorang shalih bernama Yunus anak Matta? Yunus bin Matta adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi”. Mendengar hal itu seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah SAW lalu mencium kepalanya, kedua tangannya, dan kedua kaki beliau. Saat itu pula, Addas masuk Islam, mengikuti agama yang dibawa Rasulullah.

Sambi berziarah, Thaif juga menyajikan kuliner dan pusat perbelanjaan yang ramai. Pasar buah segar beraneka warna dan jenis yang membuat mata terpesona dan menggugah lidah.

Ada delima, anggur, tin, jeruk, kurma muda, buah naga, manga, strawberry, dan lainnya. Bisa kita pilih dan langsung bisa di makan di pinggiran bebukitan menikmati senja. Luar biasa nikmat.

Untuk harga bagaimana? Tidak perlu kuatir, harga buah di sini lebih murah dibanding di Mekkah dan Madinah.

Masjid Wadi Mahram di sebut juga Miqat Qarn Manazil. Biasanya yang miqat di sini adalah penduduk sekitar Teluk dan mereka yang datang melalui jalan Riyadh-Thaif.

Ada kisah yang sebelumnya hanya saya tahu dari buku. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan ke sini langsung. Jadi di sini terdapat kisah pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril.

Saat itu Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas perlakuan penduduk Thaif. Allah mengutus Malaikat Penjaga Gunung agar Rasul dapat memerintahnya sesuai keinginan untuk membalas mereka.

Tetapi Rasul tidak membalas perlakuan penduduk Thaif dengan perlakuan buruk pula, Melainkan malah mendoakan kebaikan pada yang menyakiti. Luar biasa.

Saya takut ketinggian. Tapi Ketika ke Thaif pingin banget naik kereta gantung. Jadi bismillah melawan rasa takut. Kereta gantungnya di dekat Hotel Ramada. Di sini kereta gantung (cable car) yang akan melintasi sepanjang areal perbukitan batu dari ketinggian.

Dalam perjalanan rasa dag dig dug saya alihkan ke pemandangan yang menakjubkan, melewati tebing tebing yang tinggi dan curam, sesekali terlihat memandang elang yang meliuk terbang tinggi, jalanan seperti liukan ular terlihat kecil dari atas. Tak hanya itu, di sana juga ada monyet monyet liar yang berlari dari tebing ke tebing dan warna-warni waterpark. MashaAllah sungguh pertunjukan alam yang luar biasa ciptaan Allah.

Ada banyak kuliner khas Thaif, misalnya Nasi Bukhari, Nasi Kabsah, Samosa, dll. Lha sebelum balik ke Mekah, kami mampir kulineran dulu. Dan seperti biasa kalau di sini beli satu nampan bisa untuk beberapa orang. Nggak kuat makan sendirian, porsi jumbo euy.