“Besok jalan yuk,” obrolan dua lelaki di bangku belakangku.
Mereka membicarakan rencana jalan-jalan ke Bromo. Mendengar kata Bromo, saya membalik badan dan menimpali. So singkat kata saya (Kabupaten Malang), Bu Nur (Tarakan), Pak Budi (Lombok), Pak Suwaib (Nunukan), dan pak Ajin (Purbalingga) sepakat kalau Kamis malam berangkat ke Bromo, salah satu gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia, dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut
dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.
dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Karena kami semua bukan orang Surabaya, jadi perjalanan ke Bromo menggunakan mobil sewaan.
Pencarian mobil dimulai, saya googling beberapa rental mobil. Harga kisaran 375.000 (12 jam, Non BBM, tol, dan konsumsi buat sopir) -1.500.000 (sudah termasuk BBM dan tol). Setelah berembuk, kami sepakat sewa mobil selama 12 jam dengan harga 375.000.
Setelah mobil fix, keraguan yang lain muncul. Status Bromo saat itu Waspada kadang terjadi gempa. Saya mencari tahu berita tentang Bromo lewat internet. Di berita, akses wisata Gunung Bromo dibatasi. Para wisatawan dilarang masuk kawasan kawah.
Mobil sudah dipesan uang sudah ditransfer, terus?
Sempat ada opsi, jalan-jalan ganti ke Malang. But, jam 11 malam ke Malang mau main kemana? BNS sudah tutup!
Akhirnya dengan menyebut nama Allah, kami tetap pada rencana semula: Bromo.
But, kabar kurang mengenakan datang, Pak Ajin mendadak tidak bisa karena ada tugas sekolah. Jadi kami tinggal berempat. Waduh kalau berempat patungannya banyak. So, alternatifnya kami cari pasukan tambahan. Alhamdulillah dapat tambahan tiga personil dari jurusan Biologi. Bu Nisa, Bu Ria, dan Pak Tahmid.
Hari yang dinantikan tiba. Kamis, jam 11 malam kami berkumpul di gerbang UNESA. Perjalanan ke Bromo kami tempuh kurang lebih 3,5 jam. Sesampai di tempat parkir, kami disambut penjual topi, penutup wajah, kaos tangan, dan slayer. Harga berkisar 10.000-25.000. Menghadapi penjual-penjual ini, kita harus pintar menawar. Kaos tangan yang biasanya 10.000 dijual 25.000, penutup wajah yang biasa 5.000 dijual 15.000, dan barang-barang lain yang harganya beda jauh dengan harga normal. Ehm.. maklum sih tempat pariwisata. Jadi untuk hemat ongkos, lebih baik bawa perlengkapan dari rumah.
Dari parkir ke Bromo kami menyewa mobil jeep. Info yang saya dapat harga jeep berkisar 400.000-700.000. Karena kami bertujuh, pak sopir memberikan harga 700.000 (sudah termasuk tiket). Tawar menawar dimulai. Saya menawar 500.000 tidak bisa, sampai akhirnya mentok di harga 650.000 sudah termasuk tiket masuk Bromo. Kata bapak sopir jeep tiket ke Bromo 37.500. Tapi kata pak sopir mobil yang mengantar perjalanan kami, harga tiket Bromo 27.500 di hari aktif. Entahlah…
Pananjakan
Spot pertama yang kami kunjungi adalah Pananjakan. Ini adalah tempat yang asyik buat berburu sunrise. Turun dari jeep kami disambut beberapa tukang ojek yang menawarkan jasa mengantar ke gerbang Pananjakan. Mereka berkali-kali mengatakan “masih jauh ke atas, Pak/Bu”. Tarif yang diminta adalah Rp15.000 per orang.
Kami memilih menikmati langit dengan jalan kaki. Seingat saya, letak parkir jeep dengan Pananjakan tidak terlalu jauh. Dan ternyata benar, jarakya hanya sekitar 200 meter.
Di Pananjakan ada banyak penjual hidangan hangat, seperti jagung bakar, wedang jahe, kacang rebus, tahu goreng, bakwan, dan lain-lain. Untuk mengurangi rasa dingin, kami ngopy dan ngeteh di salah satu kedai.
ngopi dan ngeteh di Pananjakan |
Sholat Shubuh di Pananjakan |
Memasuki Shubuh, kami memulai hari dengan sholat Shubuh di mushola Pananjakan. Airnya itu lo… bbbbrrrr sangat dingin!
Pagi itu langit terasa sangat dekat, bintang bertaburan di atas langit terasa. Lama saya tidak melihat langit eksotis Bromo, bersih tanpa polusi. Di Surabaya mana pernah melihat langit sebersih ini. Hehehe.
Tangan dan jemari saya sudah kaku akibat suhu di puncak Pananjakan begitu dinginnya. Sarung tangan, jaket tebal, penutup kepala, dan slayer tidak mampu menanahan dinginnya suhu.
Ratusan orang sudah berkumpul di puncak Pananjakan. Kami menunggu sunrise.
Tak lama kemudian, di ufuk timur langit mulai memerah, pertanda matahari akan terbit. Fajar mulai menyingsing. Di tempat lain, di kawasan bibir jurang di puncak Pananjakan, puluhan orang berkumpul untuk bersiap-siap melihat sebuah pemandangan yang akan memukau mata.
Bu Nur Khasanah dari Tarakan |
Puas berfoto-foto di pincak Pananjakan, kami kembali turun. Menuju mobil jip yang sudah menunggu untuk membawa kami ke petualangan yang lebih seru lagi, yaitu ke Bromo.
Sebenarnya untuk menuju puncak Gunung Bromo yang ada kawahnya itu, kita bisa berjalan kaki melewati lautan pasir, atau kalau malas berjalan bisa naik kuda yang disewakan dan dituntun oleh orang Tengger. Kawah Gunung Bromo dapat dilihat setelah melalui 250 anak tangga. Namun karena waktu yang kami punya terbatas, ada warning kalau tidak boleh mendekati Bromo, dan jika kami naik ke Bromo resikonya kami tidak bisa ke dua tempat lain. Jadi kami hanya ambil foto di sekitar area. Tidak sampai kawah Bromo.
Bukit Teletubbies
Setelah foto-foto di area Bromo, mobil jeep membawa kami menuju Bukit Teletubbies, tempat ini berisikan rerumputan yang sangat luas.
Di sini kami bertemu dengan rombogan lain yang membawa kamera terbang. Ehm.. kamera dengan bentuk pesawat dan dikendalikan dengan remote kontrol. Whuaa jadi pingin nabung buat beli.
Lalu perjalanan akan dilanjutkan menuju ke daerah yang dinamakan Pasir Berbisik. Daerah ini dinamakan pasir berbisik karena daerahnya berupa pasir halus yang sangat luas sekali. Saking luasnya, sampai-sampai hampir sejauh mata memandang semuanya adalah pasir.
Ini adalah kali ketiga saya ke Bromo dan tak pernah bosan. Pertama dengan modal seadanya, menuju Bromo dengan jalan kaki (tidak sewa jeep), kedua mengendarai sepeda motor, dan ketika menyewa jeep. Total biaya yang kami butuhkan untuk melakukan perjalanan selama 13 jam (baca 12 jam dengan over time 1 jam) kami membutuhkan biaya sekitar 1.505.000. Dengan rincian
1. Sewa mobil 375.000
2. Bensin 200.000
3. Sewa Jeep 650.000
4. Lainnya untuk makan, tol, dan lain-lain, dan lain-lain.
Karena kami bertujuh, masing-masing orang patungan 215.000. Bromo adalahperjalanan kami yang pertama, akan ada ratusan perjalanan lain yang menunggu.
Bismillah semoga Allah memberi kesempatan kami menikmati sisi bumi Allah yang lain.