Sejak dari Pacitan, saya sering browsing bumi Allah mana lagi yang menarik untuk dikunjungi. Sampailah pada foto-foto Air Terjun Niagara di Afrika. Mupeng banget bisa ke sini, namun karena belum memungkinkan tak ada dana, akhirnya saya ke Niagaranya Indonesia hahaha: Tumpak Sewu atau Coban Sewu yang menggoda untuk dikunjungi. Air terjun yang memiliki formasi unik dengan aliran air yang melebar seperti tirai. Tak hanya 5 atau 10 tapi lebih dari itu. Beberapa kali saya mengajak teman-teman untuk ke sini, namun belum ada yang berani kalau tidak ada guidenya atau paling tidak ada yang pernah kesini. Benar saja, memang jalurnya ekstrim euy. Nyali saja tak cukup, butuh stamina menyusuri tebing menuju Air Terjun Tumpak Sewu
Cari dan mencari trek yang aman, bisa lewat namun karena saya takut ketinggian dan kedalaman, saya butuh partner yang pas buat ke sini. Nggak bisa nekad seperti perjalanan lainnya yang aman bagi saya. Alhamdulillah setelah menunggu musim hujan kelar, memastikan cuaca saat kesana cerah, meluncurlah saya dan teman-teman.
Perjalanan bisa melalui Surabaya dan Malang. Jika berangkat dari Malang, bisa memilih rute perjalanan Bululawang – Dampit – Tirtomoyo – Pronojiwo – perbatasan Lumajang dan Malang lanjut Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, kalau lewat Surabaya bisa lewat Probolinggo. Lokasi air terjunnya sendiri secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Lumajang, tapi bisa diakses dengan mudah dari arah Kota Malang.
Kami berangkat dari Surabaya pukul 23.00. Sebelum Shubuh kami sampai ke B29. Cerita B29 ntar ya, saya cerita Tumpak Sewu dulu. Singkat cerita puas dari B-29 kami meluncur ke Tumpak Sewu. Di area Tumpak Sewu, tak hanya Tumpak Sewu saja tapi juga ada Goa Tetes dan Air Terjun Bidadari.
Sebelumnya saya mencari video-video trek kesana, namun lebih “terasa” saat melakukan perjalanan sendiri yaiyalah. Diperlukan usaha ekstra yaitu trekking di jalur yang terjal. Perjalanan menuju Pos Panorama Air Terjun Tumpak Sewu dari pelataran parkir berjarak 400 meter. Lanjut menuju lembah air terjun, wisatawan perlu berjalan
400m dari Pos Panorama. Kalau jalannya datar tak apa, lha ini naik turun jalan setapak plus kanan kiri jurang. Awal perjalanan saya masih berani ambil video,
jarak sekian meter saya biarkan kamera menggelantung di leher untuk mengambil video sendiri, selang berapa meter berikutnya saya kuatir kalau tuh kamera
jatuh karena bamboo yang dilewati tak utuh. Jadi saya masukan kamera ke dalam tas. Fokus perjalanan. Melihat bawah yang curam, terbesit niatan untuk balik
jalan. Tapi nggak mungkinlah, soalnya bakal mengganggu pejalan sebelum saya dan pastinya malu hehehe…
400m dari Pos Panorama. Kalau jalannya datar tak apa, lha ini naik turun jalan setapak plus kanan kiri jurang. Awal perjalanan saya masih berani ambil video,
jarak sekian meter saya biarkan kamera menggelantung di leher untuk mengambil video sendiri, selang berapa meter berikutnya saya kuatir kalau tuh kamera
jatuh karena bamboo yang dilewati tak utuh. Jadi saya masukan kamera ke dalam tas. Fokus perjalanan. Melihat bawah yang curam, terbesit niatan untuk balik
jalan. Tapi nggak mungkinlah, soalnya bakal mengganggu pejalan sebelum saya dan pastinya malu hehehe…
Sepanjang jalan saya hanya bisa berdzikir dan konsentrasi. Konsentrasi adalah salah satu cara agar bisa fokus sampai bagian bawah air terjun Tumpak Sewu dengan selamat. Tangan kanan memegang dinding tebing. Tangan kiri berpegangan pada pagar bambu yang jadi pembatas jurang. Sering saya dikagetkan dengan undakan tanah yang licin dan tak ada pagar untuk berpegang. Jadi tangan bertumpu pada tanah atau tali yang sengaja diulur. Saya memilih berjalan pelan, menghapus peluh yang
berjatuhan sambil terus mengatur nafas. Rute tambah menantang ketika melewati sungai dengan arus deras dan kita hanya berpegangan rotan. Kaki, tangan, mata bekerja demi mendapatkan pijakan yang aman.
berjatuhan sambil terus mengatur nafas. Rute tambah menantang ketika melewati sungai dengan arus deras dan kita hanya berpegangan rotan. Kaki, tangan, mata bekerja demi mendapatkan pijakan yang aman.
Dan taraaaa… ahamdulillah kami sampai di lembah air terjun Tumpak Sewu. Wooow saya benar-benar dimanjakan dengan pemandangan air terjun yang luar biasa. Percikan air terjun menimpa wajah, seperti ucapan selamat datang bagi kami. Saya pun naik di sebuah batu besar yang merupakan spotyang paling hits di tempat ini.
Inilah penampakan air terjun Tumpak Sewu…
Pertanyaan saya saat itu, siapa yang menemukan air terjun dan yang berani membuka jalan ke sini. Sungguh bukan hal yang mudah. Nyawa bisa jadi taruhan. Karena memang jalur di sini ekstrim sekali.
Selidik punya selidik, ternyata air terjun yang diresmikan pada 13 Maret 2015 ini berawal dari banyaknya pemuda sekitar Desa Pronojiwo yang tak mempunyai pekerjaan tetap. Mereka yang berjumlah sekitar 20 orang ini berinisiatif untuk mencari lokasi air terjun Lumajang terbaru, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah air terjun disekitar lokasi Goa Tetes. Sekarang usaha ini tak sia-sia.
Teman-teman kalau kesini perhatikan sandal atau sepatu, jangan sampai licin. Karena kalau terpeleset bisa bahaya. Kanan kiri jurang euy. Selain itu bawa bekal air, jangan sampai dehidrasi. Karena keringat yang keluar banyak. Kacamata saya sampai berembun dan mata perih saking banyaknya keringat di wajah.
Setelah puas mengambil foto di Tumpak Sewu, kami meluncur ke Goa Tetes melewati Sungai Glidih. Masih sama-sama air terjun tapi di sumber yang saya baca, Goa Tetes sebenarnya lebih dikenal duluan sebagai destinasi wisata dibanding Air Terjun Tumpak Sewu
Saat naik, tiap jejak kaki yang saya langkahkan, tak lepas dari menyebut Asma Allah. Saya benar-benar pasrah. Energi berkurang, pakaian basah kuyup, dan perut mulai lapar. Sedang jalan makin menanjak dengan tanah yang licin, bambu yang rapuh dan rusak, bebatuan terjal bin curam, serta aliran air yang deras. Hanya ada tali tambang untuk berpegangan, akar tanaman, atau dahan yang bisa diraih.
Pesan teman saya, sebelum menginjakkan kaki, sebaiknya pastikan dulu pijakan tidak licin dan tidak mudah longsor. Sekali terpeleset, bebatuan siap menyambut, juga jurang yang menganga lapar. Naudzubillah… Jalanan trekking ini sungguh membuat kaki saya gemetar. Kaki saya selalu aktif meraba-raba jalan agar saya tidak terpeleset. Seringkali juga saya harus ndelosor supaya tidak terpeleset. Beberapa kali kami sering berhenti untuk menyambung napas dan mengumpulkan energi.
Sepertinya, perjalanan ke sini semacam punya mantra untuk menarik saya agar lebih dekat dan semakin mendekat ke Allah. Yessss pergi ke Coban Sewu ini adalah cobaan buat saya. Cobaan melawan rasa takut yang menggerogoti keberanian saya.
Alhamdulillah pas ke sini cuaca bersahabat, tak hujan, hanya rintik saat kami hampir menyudahi perjalanan. Buat teman-teman yang belum ke sini, yuk harus merasakan
bagaimana sensasinya menuruni jalan setapak yang aduhai ini heheh
bagaimana sensasinya menuruni jalan setapak yang aduhai ini heheh
Harga
Tiket Masuk: Rp 10.000,-
Parkir Motor: Rp 5.000,-
Parkir Mobil: Rp 10.000,-
Tiket Masuk: Rp 10.000,-
Parkir Motor: Rp 5.000,-
Parkir Mobil: Rp 10.000,-
Video Trekking ke Air Terjun Tumpak Sewu
14 Comments. Leave new
Ulalah keren banget ternyata ya… Wajib masuk destinasi tujuan bulan depan nih. Terima kasih duniazie sudah menulis tulisan ini. Sangat bermanfaat!
yeaaaii.. ditunggu foto-fotonya ya…
Ya allah mbaaaak..serem ah. Saya yakin gak bakal dapat izin suami kalo mau ke sini. Biarlah saya menikmati poto2 yg indah ini saja.
heheh.. tantangan tersendiri mbak… seru lo kalau kesana ma pasangan…
Wow it's so amazing mbaak ��
Keren mbak, sanggup melewati trek yang menantang gitu. Two thumbs up!
makasih Mbak Djayanti…
Asyik juga buat dicoba ni… tinggal hubungi teman-teman FLP lumajang hahaha
sssiiip…. kalau sesama cowok ma enak…
lha aku.. ndak semua perempuan berai ke sini dan belum tentu punya waktu yang sama.. jad aku ikut pen trip
Wah, seru sekaliya wisata di Tumpak Sewu Lumajang. Aku jadi mau ke sana juga, treknya juga menantang ya. Asyik buat berpetualang.
iya seru banget buat berpetualang mbak… yuuukkk kesana
Waduh berat juga ya rutenya. Tapi memang air terjunnya cakep bangeet
iya mbak… butuh perjuangan..
aku yg sering ke Lumajang malah belum pernah kesini mba hihi gak kuat trekkingnya wkwk
heheh.. ayo Bun dicoba.. sekali-kali..