Orang pintar adalah orang yang belajar dari pengalaman diri sendiri, sedang orang cerdas adalah orang yang belajar dari pengalaman orang lain.
Sepertinya kalimat di atas cocok dengan perjalanan malam ini, perjalanan meraih ilmu di kota seberang, perjalanan mencari bekal hidup dari masyarakat yang memiliki budaya unik, perjalanan yang mungkin akan menjadi kenangan tersendiri bagi kami.
Malam ini, kami mahasiswa S-2 Kelas H Dikdas P2TK melakukan rihlah dan studi banding ke Banyuwangi. Program ini adalah salah satu program yang tertuang di rangkaian program semester dua.
Tujuan studi banding kali ini adalah SD Panganjuran 4 dan SD Model.
Perjalanan kali ini mengingatkan saya pada pengalaman beberapa tahun lalu saat PIMNAS ke Semarang. Malam itu adalah saat yang mendebarkan. Kali pertama ikut kompetisi nasional mewakili kampus. Sudah menjadi kebiasaan kami didampingi dosen pendamping. Kebetulan dosen pendamping saya, Mbak Tutik, dan Sylvi adalah Prof Fattah Hanurawan. Senang sekali bisa menimba ilmu dari beliau yang low profile. Namun malam itu kami kecewa. Benar-benar kecewa. Pak Fattah tidak ikut dalam rombongan. Kami tidak didampingi dosen pendamping yang berhasil mengantarkan kami sampai level nasional. Pak Fattah tidak cerita ke kami karena takut kami kurang semangat. Kata Pak Fattah hanya dosen tertentu yang mendampingin PIMNAS. Bertiga kami mengucurkan air mata. Dosen favorit yang tulus memberikan ilmunya tidak ikut serta, padahal malam itu adalah panen dari usaha beliau, bliau mendampingi mulai tingkat fakultas, universitas, wil C, kemudian PIMNAS. Sedih, karena capaian kami adalah perjuangan Pak Fattah. Sedih karena sebenarnya yang pantas mendapat tiket ke PIMNAS adalah Pak Fattah. Sedih mengapa kampus tidak mengikutsertakan Pak Fattah dalam rombongan PIMNAS. Ih jadi baper.. Kembali ke topik..
Malam ini saat perjalanan ke Banyuwangi, kelas kami ditemani dua dosen Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd. dan Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd.
Entah mengapa, meski kami sudah S-2, kehadiran dosen menjadi sesuatu yang ditunggu. Karena pada hakekatnya masing-masing kami haus ilmu. Haus ilmu dari sosok yang lebih berilmu. Karena di atas langit masih ada langit.
Terimakasih kepada Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd. dan Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd selaku yang telah menemani perjalanan kami.
سُبْحَانَ الَّذِىْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلَى رَبّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Artinya :
Maha suci Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.
Persiapan |
Bingkisan |