27 Oktober adalah hari blogger nasional. Dulu blogger hanya dipandang sebelah mata, namun kini blogger bisa menjadi profesi yang menjanjikan. Alhamdulillah ALlah mempertemukan saya dengan dunia yang satu ini…
Bagaimana awalnya?
Berawal
dari hobi membaca dan ngumpulin buku, saya mulai suka menulis. Hingga akhirnya
terjun di dunia literasi yang satu ini. Mulai dari nulis cerpen untuk koran,
majalah, hingga buku. Keasyikan ini merambah ke dunia blog. Saya mengenal dunia
blog sejak jaman multiply.
Banyak
yang bertanya, kenapa kok suka isi blog? Tiap nulis dibayar ya?
yang bertanya, kenapa kok suka isi blog? Tiap nulis dibayar ya?
Bukan..
bukan masalah uang. Blog adalah rumah di dunia maya yang kita rawat dan biayai
sendiri. Beda dengan koran, majalah, atau buku yang kalau kita nulis dapat
honor. Jadi banyak yang tanya, kenapa nggak dibayar kok terus saja nulis? Sekali
lagi, bukan masalah uang.
bukan masalah uang. Blog adalah rumah di dunia maya yang kita rawat dan biayai
sendiri. Beda dengan koran, majalah, atau buku yang kalau kita nulis dapat
honor. Jadi banyak yang tanya, kenapa nggak dibayar kok terus saja nulis? Sekali
lagi, bukan masalah uang.
Bahagia
itu masalah hati, bukan uang. Entah kenapa ada rasa senang ketika tulisan
dibaca teman, diapresiasi, dan ada teman baru yang menghubungi setelah membaca tulisan
saya. selain itu saya percaya cerita bisa menginspirasi, mengubah
sikap, hidup bahkan dunia. Untuk itulah perlunya blog yang tak pernah menolak
tulisan kita.
itu masalah hati, bukan uang. Entah kenapa ada rasa senang ketika tulisan
dibaca teman, diapresiasi, dan ada teman baru yang menghubungi setelah membaca tulisan
saya. selain itu saya percaya cerita bisa menginspirasi, mengubah
sikap, hidup bahkan dunia. Untuk itulah perlunya blog yang tak pernah menolak
tulisan kita.
Saya jadi ingat dengan tagline dari
TED yaitu Ideas Worth Spreading. Ide
lebih bermanfaat jika disebarkan. Sama halnya ilmu lebih bermanfaat jika
disebarkan, kenapa? Karena dengan itu ilmu dapat berkembang.
TED yaitu Ideas Worth Spreading. Ide
lebih bermanfaat jika disebarkan. Sama halnya ilmu lebih bermanfaat jika
disebarkan, kenapa? Karena dengan itu ilmu dapat berkembang.
Selain
itu, alasan lain saya ngeblog adalah dulu ketika kecil saya ingin sekali jadi
wartawan. Liputan berkalung id card, membaca recorder, catatan, dan kamera. Kelihatan
keren.
itu, alasan lain saya ngeblog adalah dulu ketika kecil saya ingin sekali jadi
wartawan. Liputan berkalung id card, membaca recorder, catatan, dan kamera. Kelihatan
keren.
Mana,
buku bacaan saya ketika kecil Lima Sekawan, Trio Detektif, Conan, dan cerita
detektif lainnya. Seru kali ya kalau bisa ikut investigasi, nyamar jadi orang
lain agar berita yang kita tulis lebih valid, mempertajam angle, liputan ke
berbagai daerah, bertemu orang hebat, ikut dalam rekonstruksi adegan, dan
tulisan kita setiap hari terpampang di di koran.
buku bacaan saya ketika kecil Lima Sekawan, Trio Detektif, Conan, dan cerita
detektif lainnya. Seru kali ya kalau bisa ikut investigasi, nyamar jadi orang
lain agar berita yang kita tulis lebih valid, mempertajam angle, liputan ke
berbagai daerah, bertemu orang hebat, ikut dalam rekonstruksi adegan, dan
tulisan kita setiap hari terpampang di di koran.
Namun
keinginan ini surut karena ada syarat SIM C. Yaiyalah wartawan itu butuh cepat,
lha saya tidak bisa motoran. Masak kalau mau liputan harus ngangkot atau
nggojek?
keinginan ini surut karena ada syarat SIM C. Yaiyalah wartawan itu butuh cepat,
lha saya tidak bisa motoran. Masak kalau mau liputan harus ngangkot atau
nggojek?
Tapi
Alhamdulillah sekitar 5 bulan ini bisa motoran. Namun kalau dilihat dari umur,
saya dah expired kalau daftar jadi
wartawan.
Alhamdulillah sekitar 5 bulan ini bisa motoran. Namun kalau dilihat dari umur,
saya dah expired kalau daftar jadi
wartawan.
Meski
tidak menjadi wartawan beneran, saya sangat bersyukur bisa jadi “wartawan”
untuk blog saya.
tidak menjadi wartawan beneran, saya sangat bersyukur bisa jadi “wartawan”
untuk blog saya.
Setelah
membaca tentang self empowerment dan
Neuro Linguistic Programming (NLP), saya berdamai dengan mimpi yang tak mungkin
saya capai tersebut dan menerima kemampuan saya saat ini. Berdamai untuk tidak
sedih karena tidak jadi wartawan dan bersyukur bisa jadi blogger. Selain itu juga
lebih condong ke kemampuan untuk memberdayakan diri utuk lebih produktif.
membaca tentang self empowerment dan
Neuro Linguistic Programming (NLP), saya berdamai dengan mimpi yang tak mungkin
saya capai tersebut dan menerima kemampuan saya saat ini. Berdamai untuk tidak
sedih karena tidak jadi wartawan dan bersyukur bisa jadi blogger. Selain itu juga
lebih condong ke kemampuan untuk memberdayakan diri utuk lebih produktif.
Allah
tahu sejauh mana kemapuan saya, saya tidak yakin bisa lihat investigasi yang
berdarah, wong lihat film pembunuhan saya nggak mau. Saya juga tidka mungkin
melakukan penyamaran untuk mencari berita, saya tidak pintar acting. Selain itu
saya tidak mungkin juga melakukan penyelidikan pembunuha, terlalu beresiko. Hehhe…
tahu sejauh mana kemapuan saya, saya tidak yakin bisa lihat investigasi yang
berdarah, wong lihat film pembunuhan saya nggak mau. Saya juga tidka mungkin
melakukan penyamaran untuk mencari berita, saya tidak pintar acting. Selain itu
saya tidak mungkin juga melakukan penyelidikan pembunuha, terlalu beresiko. Hehhe…
Jadi
rejeki saya buat jadi “wartawan” hanya seputar liputan ke event, mereview
tempat wisata, dan tempat makan, review produk, serta berbagai kegiatan lain yang
“aman”.Tak hanya itu, saya juga bisa bertemu dengan sesama blogger.
rejeki saya buat jadi “wartawan” hanya seputar liputan ke event, mereview
tempat wisata, dan tempat makan, review produk, serta berbagai kegiatan lain yang
“aman”.Tak hanya itu, saya juga bisa bertemu dengan sesama blogger.
Bedanya
adalah saya tidak perlu SIM C, saya bisa naik gojek, trus tulisan tidak harus
resmi seperti di koran, bisa seperti nulis diary yang ada humornya, ada
sedihnya, dan ada senangnya. Satu lagi yang tak kalah penting. Saya bebas
pasang foto sebanyak-banyaknya di tulisan. Hehehe… *mbakmbaknarsis.
adalah saya tidak perlu SIM C, saya bisa naik gojek, trus tulisan tidak harus
resmi seperti di koran, bisa seperti nulis diary yang ada humornya, ada
sedihnya, dan ada senangnya. Satu lagi yang tak kalah penting. Saya bebas
pasang foto sebanyak-banyaknya di tulisan. Hehehe… *mbakmbaknarsis.
14 Comments. Leave new
Yeayyyy… super hepiii jadi bloger 😆😆😆
–bukanbocahbiasa(dot)com–
yuhuuu mbak…
Blogger kan kayak wartawan tapi yang diupload foto-foto cantik dan menawan hati
eeaaaaa
Mbak ..foto yg di atas itu di mana ya? Serasa lg nobgkrong manjah di Central Park, NY eaaa :))))
Btw aku dulu bisa motoran, tp sm ortu nggak diijinkan bikin SIM C haha, anak wedok siji2'ne opo *lah kok jd tjurhaaat aku*
foto yang di atas pas di Petronas Malaysia Mbak…
wah kebalikan ya… saya dulu juga g boleh karena peremouan… tapi merayu terus menerus.. alhamdulillah boleh…
Dulu mah gak pernah kepikiran bakal dapat uang dari ngeblog 😀 hehehe.. Selamat hari blogger (telat)
betulblog yang kita rawat menghasilkan hehhe…. alhamdulillah … selamat hari blogger Mbak LIna…
Semangat terus kak Zie!
Aku juga merasakan kok bagaimana menulis di blog, meski tidak dibayar…malah mengeluarkan uang, tapi bahagia luar biasa 🙂
iya betul betul betul..
selamat menjadi wartawan untuk blog sendiri mbak :). Semoga kita tetap konsisten di jalan penulis
aamiin… makasih doanya Sandy 🙂
aku dulu ngeblog karena pengen nulis dan ga sangka sama sekali dari blog bisa menghasilkan FEE alhamdulilah dan kalau diundang keacara kek wartawan y mba hahaha meski aku cuman 2x ikut acara blogger :p
iya mbak..bener banget.. nggak nyangka bisa menghasilkan rupiah dari blog..