Indonesia memiliki beragam kesenian, salah satunya Kesenian Rinding. Kesenian Rinding adalah salah satu warisan budaya yang kaya dari Indonesia, khususnya dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Rinding merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dengan panjang 25 cm dan tebal 2 mm. Di tengah belahan bambu tersebut diberi lubang, dan dibuat seperti jarum dengan panjang 20 an cm. Terus ujungnya diberikan tali untuk menarik disisi lainnya sebagai pegangan.
Tahu nggak kalau Rinding sebagai alat musik tradisional ternyata tidak bisa dibuat dengan bahan sembarangan lho! Rinding harus dibuat dengan bambu khusus agar dapat mengeluarkan suara yang khas dan sesuai dengan Rinding milik Sang Dewi. Bambu khusus yang digunakan adalah bambu Begung. Selain itu juga dibutuhkan pelepah aren.
Namun, di era modern ini, nasib kesenian rinding mulai surut dan telah mengalami berbagai perubahan dan tantangan.
Menyurutnya kesenian Rinding disebabkan oleh
1. Pengaruh Teknologi
Salah satu perubahan besar dalam kesenian rinding adalah pengaruh teknologi. Dengan munculnya internet dan media sosial, rinding dapat lebih mudah diakses oleh khalayak yang lebih luas. Content creator dapat mengeksplorasi bagaimana teknologi telah membantu mempopulerkan kesenian Rinding dan menjadikannya lebih relevan di era digital.
2. Pemertahanan Budaya
Kesenian rinding juga menghadapi tantangan dalam pemertahanan budaya. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya pop global daripada budaya tradisional. Content creator dapat membahas upaya-upaya yang telah dilakukan oleh komunitas lokal untuk melestarikan dan menghidupkan kembali kesenian rinding.
3. Tantangan Finansial
Seringkali, kesenian tradisional seperti rinding menghadapi tantangan finansial. Content creator dapat membantu menyebarkan kesadaran tentang pentingnya dukungan finansial dan apresiasi terhadap kesenian ini agar dapat terus berkembang di era modern.
Karena latar belakang inilah Angga Ridho Subangga menggagas revitalisasi Rinding di Kabupaten Malang. Hal ini memberikan nafas baru pemain rinding, pengrajin, serta kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Angga berhasil menghidupkan alat musik rinding melalui komunitas dengan harapan rinding akan kembali mewarnai musik di Indonesia.
Betewe Rinding adalah salah satu jenis kesenian tradisional Jawa yang memiliki kaitan erat dengan Dewi Sri, yang merupakan dewi dalam mitologi Jawa yang melambangkan kesuburan dan panen.
Masyarakat Indonesia percaya kalau memainkan Rinding Gumbeng, Dewi Sri akan turun ke bumi dan memberikan kesuburan kepada tanaman dan akan membuat hasil panen bertambah.
Selain dimainkan saat panen hasil bumi, Rinding Gumbeng juga dimainkan saat upacara Sadranan atau Ruwahan. Acara ini biasanya diadakan pada bulan Ruwah, sebuah bulan dalam kalendar penanggalan Jawa. Selain itu juga seringkali dipentaskan dalam rangkaian upacara keagamaan atau adat yang terkait dengan panen atau pertanian, seperti upacara panen padi. Dalam konteks ini, tarian Rinding dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan agar Dewi Sri terus memberikan kemakmuran.
Dalam tarian Rinding, berbagai gerakan dan kostum sering kali menggambarkan proses pertanian seperti menanam, menyiangi, dan menuai hasil panen. Ini mencerminkan peran Dewi Sri dalam memberikan keberkahan pada tanaman dan hasil pertanian.
Alhamdulillah sekarang Alat musik Rinding adalah warisan budaya, dan telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Hingga sekarang masih eksis dan bisa tampil di event nasional.
Karena ituah Kesenian Rinding dan keyakinan terhadap Dewi Sri merupakan bagian penting dari warisan budaya Jawa. Masyarakat Jawa seringkali berusaha untuk menjaga dan melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Beberapa daerah di Jawa Tengah memiliki perayaan tahunan yang diadakan untuk menghormati Dewi Sri dan memperingati hasil panen. Dalam perayaan ini, tarian Rinding seringkali menjadi bagian penting dari pertunjukan seni dan budaya.
Dengan demikian, kesenian Rinding dan Dewi Sri memiliki keterkaitan erat dalam budaya Jawa, yang mencerminkan pentingnya pertanian, kesuburan tanah, dan kesejahteraan bagi masyarakat Jawa
Dengan adanya revitalisasi Rinding yang digagas oleh Angga Ridho Subangga di Kabupaten Malang ini, seperti ada nafas baru pemain rinding, pengrajin, serta kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Angga berhasil menghidupkan alat musik rinding melalui komunitas dengan harapan rinding akan kembali mewarnai musik di Indonesia.