Lomba Menulis Surat untuk Walikota Malang |
menulis surat. Briefing saya isi dengan wacana pemimpin jaman Nabi dan khalifah, memberi contoh surat yang pernah menang (saya memakai surat Abdurahman Faiz yang juara I lomba menulis surat untuk presiden), dan sedikit memancing empati mereka. Setelah briefing, ada pendampingan secara personal.
worksheet untuk memancing siswa bercerita dan mengembangkan imajinasi.
Tulisan Jasmine |
naskah yang dikirim |
Radar Malang, 24 November 2015 |
Jasmine bersama Bunda dan adik-adiknya |
Pose di bawah banner ucapan selamat |
kika: Yanda Jasmine, Abah Anton, Jasmine, dan Pak Arif |
Isi Surat Jasmine
Saya punya satu permohonan, saya ingin kota malang indah, ramah, orangnya suka menolong, menolong orang yang sudah tua. Jumat kemarin saat saya pergi sekolah, saya melewati pasar merjosari ,di depan pasar merjosari banyak sampah berserakan di jalanan dan saya ingin membantu orang-orang yang membutuhkan saya untuk membersihkan .
Saya akan mendoakan bapak semoga bapak senang menolong, semoga bapak selalu ramah kepada orang-orang, semoga bapak bekerja keras untuk kami.
Saya ingin kota malang selalu indah.
Saya ingin bapak selalu sehat.
Saya tidak mau ada kemacetan.
Saya tidak mau ada keributan masalah .
Saya tidak mau ada galian lagi.
Saya tidak mau ada karnaval di jalanan.
Saya tidak mau ada jalan yang ditutup karena ada acara, acara hanya ada di gedung saja.
Saya ingin penduduk suka sekali menolong .
Bapak, maaf kalau kata- kata saya salah.
Saya hanya ingin bapak senang pada surat saya.
Saya tidak mau bapak celaka.
Saya ingin bapak selalu bahagia.
Raissa Jasmine Shakeela
Komentar Juri
Ada perasaan prihatin yang mendalam saat membaca kurang lebih 1000 SURAT UNTUK WALIKOTA dari anak-anak SD (negeri dan swasta) se Malang Raya.
Awalnya saya excited ketika diminta Bappeda Kota Malang untuk menjadi juri lomba dalam rangka Hari Tata Ruang (HaTaRu 2015) ini berdua dengan eyang Wiwiek Joewono. Saya membayangkan berapa senangnya menelusuri ide-ide cemerlang anak-anak lewat surat-surat mereka.
Tapi… saat membaca lembar demi lembar, saya tertegun. Eyang wiwiek pun sama. Bagaimana mungkin seribu tumpukan surat ini isinya sama semua? Seolah-olah kita diajak memandangi gambar bebas khas anak-anak kita 2 gunung, matahari dan sawah. Bukankah semua anak akan menggambar itu saat diminta menggambar BEBAS?
Bahkan kami menemui, banyak surat yang satu kelas sama persis isinya. Saya yakin ada intervensi orang dewasa di sini, karena berada dalam amplop yang sama dengan identitas sekolah yang sama dan isinya juga plek ketiplek dan itu terulang di amplop2 lain dari beberapa sekolah. Please Pak, Bu… anak-anak kita ini cerdas fitrahnya, murni hatinya.
Di mana anak-anak yang lugu, polos, spontan, kreatif dan natural khas anak-anak tanpa intervensi orang dewasa, yang hanya demi kepentingan menang lomba rela mematikan daya pikir dan imaji anak.
Kami tidak mencari surat yang menyanjung Pak Wali, kami tidak mencari surat yang memuji-muji prestasi Kota Malang. Kami juga tidak ingin surat yang hanya sekedar mengritik atau minta ini dan itu. Maaf bukan itu yang kami cari, Pak… Bu…
Dari 1000an surat, kami hanya bisa menemukan 10-15 surat yang tak biasa, yang anak-anak berdiri menjadi diri mereka sendiri, mewakili pemikiran mereka sendiri. Ya seribu bukan angka yang sedikit, justru luar biasa banyak. Tapi 10 diantara 1000?
Penjurian hari ini diakhiri dengan helaan nafas panjang, semoga masih ada pendidikan yang menumbuhkan.
*refleksi pendidikan
‘Dini’ Dian Kusuma Wardhani
Salah dua buku pendamping ekstra menulis bisa didownload di
3 Comments. Leave new
Berarti kemenangan siswa tersebut adalah kemenangan gurunya juga. Selamat, ya Zi
Saya mah cuma d belakang layar Mas Koko..hehe
Di balik anak yang berprestasi, pasti ada guru kreatif dan hebat, mantap bu…
https://pujanggadansastrabengkulu.blogspot.co.id