Selasa pagi (6 Oktober 2015) ketika berangkat sekolah
saya dikagetkan oleh teriakan dua perempuan dari gang sebelah kos. Teriakannya
keras tapi tidak begitu jelas, saya percepat langkah saya, penasaran dengan apa yang terjadi.
saya dikagetkan oleh teriakan dua perempuan dari gang sebelah kos. Teriakannya
keras tapi tidak begitu jelas, saya percepat langkah saya, penasaran dengan apa yang terjadi.
“Copet! Copet!”
Teriakan dari ibu dan anak yang berlarian mengejar
pengendara motor. Mendengar teriakan tersebut, saja ikut teriak dan mengejar
dua lelaki yang memakai sepeda motor. Lelaki yang mengendarai memakai jaket hitam dan yang dibonceng berjaket
merah.
pengendara motor. Mendengar teriakan tersebut, saja ikut teriak dan mengejar
dua lelaki yang memakai sepeda motor. Lelaki yang mengendarai memakai jaket hitam dan yang dibonceng berjaket
merah.
Kami berlari sambil terus teriak, berharap ada yang membantu
mengejar. Namun sayang, suasana perumahan sepi, tak banyak sepeda motor yang
lalu lalang. Copet pun berhasil melarikan diri.
mengejar. Namun sayang, suasana perumahan sepi, tak banyak sepeda motor yang
lalu lalang. Copet pun berhasil melarikan diri.
Satu penyesalan saya saat itu. Kenapa saya ikut lari dan
teriak? Bukankah sebaiknya saya foto tuh jambret. Hwuuaaa..
teriak? Bukankah sebaiknya saya foto tuh jambret. Hwuuaaa..
Beberapa waktu lalu, salah seorang teman yang rumahnya dekat
Pasar Merjosari juga mengabarkan kalau di depan rumahnya ada jambret. “Habis
Shubuh bu, yang dijambret ibu-ibu yang sedang belanja di pasar.
Pasar Merjosari juga mengabarkan kalau di depan rumahnya ada jambret. “Habis
Shubuh bu, yang dijambret ibu-ibu yang sedang belanja di pasar.
Melihat dua kejadian ini sepertinya jambret memanfaatkan
pagi yang masih sepi. Apalagi lingkungan tempat tinggal saya di Perumahan Jasa
Tirta. Sepi banget! Wong beberapa kali saya mendengar, sepeda di taruh di depan
rumah saja hilang.
pagi yang masih sepi. Apalagi lingkungan tempat tinggal saya di Perumahan Jasa
Tirta. Sepi banget! Wong beberapa kali saya mendengar, sepeda di taruh di depan
rumah saja hilang.
Di daerah pasar
Merjosari juga, biasanya ibu-ibu kalau ke pasar membawa dompet dengan
ditenteng-tenteng. Ini memancing jambret untuk mengambilnya. Asyik-asyiknya
jalan sambil bawa dompet, weeesss… copetnya ngambil sambil mempercepat laju
sepeda.
Merjosari juga, biasanya ibu-ibu kalau ke pasar membawa dompet dengan
ditenteng-tenteng. Ini memancing jambret untuk mengambilnya. Asyik-asyiknya
jalan sambil bawa dompet, weeesss… copetnya ngambil sambil mempercepat laju
sepeda.
Sejak peristiwa itu, saya mencoba untuk tidk membawa dompet
kalau keluar. Uang langsung ditaruh di saku, atau kalau ada dompet kecil, atau
sekalian bawa tas. Jadi ingat, kebiasaan waktu TK dan SD menaruh uang di kaos
kaki atau sepatu. Soalnya takut dipalak teman. Hehehe
kalau keluar. Uang langsung ditaruh di saku, atau kalau ada dompet kecil, atau
sekalian bawa tas. Jadi ingat, kebiasaan waktu TK dan SD menaruh uang di kaos
kaki atau sepatu. Soalnya takut dipalak teman. Hehehe
Oiya, tas samping selain hanya kita bawa di bahu, baiknnya
dipegangi. Inilah yang membuat saya lebih suka memakai ransel. Semoga Allah melindungi kita dari para copet dan jambret. Aamiin
dipegangi. Inilah yang membuat saya lebih suka memakai ransel. Semoga Allah melindungi kita dari para copet dan jambret. Aamiin
2 Comments. Leave new
Trims informasinya……..membuat kita lebih berhati-hati lagi.
sama-sama Bu.. terimakasih sudah berkunjung di rumah maya saya 🙂