Menjelajahi Keindahan Penang: Sejarah, Pantai, dan Sunrise yang Memukau
Travelling saat high session tuh harus bisa pilih rute dan destinasi yang tidak begitu crowded. Kecuali kalau teman-teman suka yang crowded sih. Kalau saya lebih suka yang sepi.
Lha waktu itu rencananya mau ke Genting, namun karena ada kabar kalau jalannya muaceeeet dan antrinya puanjaaaaang, akhirnya pindah ke Penang. Penang, sebuah pulau yang terletak di barat laut Malaysia, dikenal sebagai destinasi wisata yang memadukan sejarah yang kaya, keindahan pantai, dan panorama matahari terbenam yang menakjubkan.
Pagi itu, ketika embun masih menggantung di udara dan langit perlahan dari kelabu menjadi biru cerah. Kami melintasi jembatan dengan pemandangan perairan nan biru dan bangunan tinggi menjulang.
Penang, salah satu situs warisan dunia UNESCO, kota ini menyimpan berbagai bangunan bersejarah yang mencerminkan perpaduan budaya Melayu, Tionghoa, India, dan Eropa. Fort Cornwallis, benteng peninggalan Inggris dari abad ke-18, menjadi salah satu saksi bisu masa kolonial yang masih berdiri megah di tepi pantai.
Selanjutnya menuju Cenotaph di Penang yang terletak di sebuah area terbuka yang luas di Esplanade, tempat yang sering kali dipenuhi riuhnya kehidupan kota. Namun, pada pagi ini, segala sesuatunya terasa berbeda. Angin pagi yang sejuk berhembus perlahan, membawa bau laut yang asin dan udara tropis yang segar.
Saya memilih untuk berjalan menyusuri pantai, merasakan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma khas laut. Saat matahari mulai muncul, suasana pantai semakin syahdu. Langit yang semula gelap perlahan berubah menjadi gradasi jingga, merah, dan ungu yang spektakuler. sunrise, membuat siapapun yang menyaksikannya merasa takjub dan terpesona.
Di dekat situ ada Monumen Cenotaph ini yang dibangun pada tahun 1929. Monument ini adalah bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang gugur dalam Perang Dunia I dan II. Walaupun sederhana dalam bentuknya, Cenotaph berbicara dengan cara yang dalam, mewakili kehilangan dan keberanian yang tak terucapkan.
Ketika mendekat, arsitektur batu yang tinggi dan tegak itu mulai terlihat lebih jelas, dikelilingi oleh rerumputan hijau yang menyelimuti tanah di sekitarnya. Di setiap sisi monumen, ada ukiran halus berbentuk daun salam, simbol perdamaian dan penghormatan, yang tampaknya melambangkan pengorbanan tanpa pamrih. Nama-nama prajurit yang gugur tercatat dengan rapi di permukaan batu, masing-masing terukir abadi sebagai pengingat akan keberanian mereka.
Di sekitar Cenotaph, suasana pagi mulai hidup perlahan. Anak-anak yang berlari bermain, wisatawan sibuk memotret, dan orang-orang yang berjalan santai menambah warna pada tempat yang seharusnya sunyi ini. Namun, meski kehidupan di sekitar terus bergerak, ada sesuatu yang membuat saya tetap terpaku pada monumen ini. Ada semacam kedamaian yang hadir di sini, sebuah ruang untuk berdiam dan merenung. Begitu banyak kisah tersembunyi dalam batu dan nama yang terukir, kisah yang telah lama terpendam namun tetap relevan dengan kita semua yang datang untuk mengenangnya.
Cenotaph ini lebih dari sekadar monument. Ia adalah cermin dari sejarah kolonial Penang yang mengingatkan kita akan peran pulau ini selama masa peperangan dan dampaknya terhadap masyarakatnya. Sejarah yang kadang terlupakan kini dihidupkan kembali di sini, di bawah langit pagi yang cerah. Melihat ke arah laut, saya merasa seperti berdiri di titik pertemuan antara masa lalu dan masa kini, antara pengorbanan yang tak terhitung dan kehidupan yang terus berjalan.
Cenotaph Penang, dengan kesederhanaannya, memancarkan keheningan yang mendalam, dan di sinilah, di pagi yang tenang ini, saya menyadari bahwa kita semua berjalan di atas jejak-jejak mereka yang telah pergi, yang tidak pernah benar-benar hilang, karena mereka tetap hidup dalam kenangan dan penghormatan.
Di sebelah utara, ada Gedung Dewan Bandaraya, dengan desain kolonial yang anggun, tampak kokoh dan penuh dengan cerita-cerita lama. Bangunan itu seolah menatap dengan bijak ke arah Cenotaph, menyaksikan kenangan yang abadi. Tiang-tiang besar dan balkon-balkon elegannya tampak seperti saksi dari zaman yang telah berlalu, namun tetap mempertahankan pesonanya yang kuat. Di pagi hari yang sunyi ini, gedung itu seperti diam dalam kekaguman, menghormati kisah yang ada di seberang jalan.
Menghadap langsung ke Esplanade adalah sebuah struktur yang lebih sederhana namun tak kalah memikat—Bangunan Pengadilan Tinggi Penang, dengan dinding batu putihnya yang bersih dan pintu besar yang mengarah langsung ke jalan. Bangunan ini memantulkan cahaya matahari dengan cara yang penuh kelembutan.
Di perjalanan pulang, saat matahari mulai tinggi, cahaya hangatnya menyinari setiap sudut bangunan ini, membangkitkan kilau yang dulu tersembunyi. Saya merasa bahwa setiap bangunan, setiap sudut, dan setiap suara yang ada di sekitar Cenotaph adalah bagian dari mozaik sejarah Penang. Dan meskipun kota ini terus bertransformasi, monumen ini dan bangunan sekitarnya tetap menjadi saksi, tak hanya tentang pengorbanan masa lalu, tetapi juga tentang ketahanan dan keindahan yang abadi.
Penang Malaysia adalah destinasi yang menawarkan kombinasi antara sejarah, budaya, dan keindahan alam. Bagi siapa pun yang ingin menjelajahi tempat-tempat bersejarah sambil menikmati pesona pantai, Penang adalah pilihan yang tepat. Jadi, kapan Sobat Zie akan mengunjungi pulau menawan ini?