Suatu kebahagiaan yang sangat ketika melihat karya tulis
kita nangkring tiga besar di tiga besar pada lomba Nasional yang diadakan
Kemendikbud. Hati saya bersorak. Allahu Akbar alhamdulillah saya menang.
Berbagai pujian datang dari Dinas Kota Malang, sekolah, dan teman-teman.
Senaaaaaang sekali rasanya.
Namun bagaimana ketika hal ini hanya mimpi belaka?
Inilah yang saya alami pada hari Kamis, 22 Oktober 2015. Saya
bermimpi kalau saya tiga besar lomba. Saat terbangun dan menyadari kalau itu
hanya mimpi, saya merengek ke Allah, “Allah kok hanya mimpi?”
bermimpi kalau saya tiga besar lomba. Saat terbangun dan menyadari kalau itu
hanya mimpi, saya merengek ke Allah, “Allah kok hanya mimpi?”
Mimpi ini terjadi sekitar jam satu malam. Karena sedang tidak
sholat dan badan masih payah aktivitas seharian, saya meneruskan tidur. Yang
tidak disangka adalah mimpi itu berlanjut. Saya terbangun lagi dan bergumam,
“Allah semoga menjadi kenyataan aamiin.”
sholat dan badan masih payah aktivitas seharian, saya meneruskan tidur. Yang
tidak disangka adalah mimpi itu berlanjut. Saya terbangun lagi dan bergumam,
“Allah semoga menjadi kenyataan aamiin.”
Paginya, grup wa Mahasiswa S-2 heboh dengan pengumuman penerimaan
seleksi beasiswa S-2 Dikdas. Penghuni grup deg-degan, termasuk saya. Namun rasa
deg-degan harap-harap cemas yang saya rasakan bisa saya alihkan ke kelas.
seleksi beasiswa S-2 Dikdas. Penghuni grup deg-degan, termasuk saya. Namun rasa
deg-degan harap-harap cemas yang saya rasakan bisa saya alihkan ke kelas.
Biasanya saya membawa handphone ketika berada di kelas. Bukan apa-apa, saya suka mengambil foto hiasan kelas dan aktivitas anak-anak
ketika mengikuti pelajaran saya. Namun hari itu saya tidak membawa handphone,
saya tidak ingin terganggu oleh rasa penasaran saya pada berita penerimaan S-2.
ketika mengikuti pelajaran saya. Namun hari itu saya tidak membawa handphone,
saya tidak ingin terganggu oleh rasa penasaran saya pada berita penerimaan S-2.
Hari menanjak siang, saat ganti jam dengan pelajaran lain saya
menuju kantor untuk mengecek handphone. Seperti dugaan saya, grup Mahasiswa S2
begitu ramai. Ternyata hari ini adalah pengumuman dari UNESA. Daftar penerimabeasiswa DIKDAS sudah diupload di web UNESA.
menuju kantor untuk mengecek handphone. Seperti dugaan saya, grup Mahasiswa S2
begitu ramai. Ternyata hari ini adalah pengumuman dari UNESA. Daftar penerimabeasiswa DIKDAS sudah diupload di web UNESA.
Saya amati 62 nama terpilih. Begitu riangnya saya ketika ada
nama saya di sana. Allahu Akbar! Segera sujud syukur kepada Allah.
Alhamdulillah usaha saya tidak sia-sia. Alhamdulillah beasiswa yang saya
impikan tercapai. Alhamdulillah.
nama saya di sana. Allahu Akbar! Segera sujud syukur kepada Allah.
Alhamdulillah usaha saya tidak sia-sia. Alhamdulillah beasiswa yang saya
impikan tercapai. Alhamdulillah.
Tangan saya bergetar ketika melihat pegumuman
tersebut, Saya kabari ibu dan bapak, alhamdulillah beliau senang dan
mendoakan kebaikan buat saya. Allah, beruntung sekali saya mempunyai ibu dan
bapak yang perhatian.
tersebut, Saya kabari ibu dan bapak, alhamdulillah beliau senang dan
mendoakan kebaikan buat saya. Allah, beruntung sekali saya mempunyai ibu dan
bapak yang perhatian.
Namun saat berita ini saya sampaikan ke murid-murid saya,
tak ada senyum di wajah murid perempuan saya.
tak ada senyum di wajah murid perempuan saya.
“Mbak Mas, terimakasih sudah mendoakan ibu,” kata saya
sumringah.
sumringah.
“Ada apa Bu?”
“Tes yang di Bali berhasil?”
“Ibu lolos?”
Saya tersenyum memandang mereka satu persatu.
“Dimana Bu?”
“UNESA, Surabaya,”
“Horeeeeeee…. ,” jawab murid laki-laki serempak. Jauh berbeda
dengan murid perempuan, tak ada
dengan murid perempuan, tak ada
ekspresi di wajah mereka.
“Lho Mbak, nggak senang lihat ibu dapat beasiswa?” tanya
saya ke Fathiya. Dia cemberut sambil menggelengkan kepala.
saya ke Fathiya. Dia cemberut sambil menggelengkan kepala.
“Kenapa?” tanya saya.
“Kalau Ibu di Surabaya, yang ngajar kita siapa?” Jleb. saya
hanya bisa diam mendengarnya.
hanya bisa diam mendengarnya.
Benar juga, nanti bagaimana?
“Doakan ibu dapat mengajukan pindah ke UM ya Mbak,”
“Bisa Bu?”
“Semoga bisa,”
“Asyiiiik..”
Ternyata berita yang menurut saya membahagiakan, tak
sepenuhnya membuat murid saya bahagia.
sepenuhnya membuat murid saya bahagia.
Sebelum pulang, iseng saya tanya murid laki-laki, “Mas kok
senang kalau ibu tidak mengajar kamu?
senang kalau ibu tidak mengajar kamu?
Kenapa?”
“Soalnya bu Fauziah disiplin sih,”
Hahaha.. ternyata ini alasannya, “Yaiyalah Bu Fauziah harus
disiplin sama kalian, ini juga buat kebaikan kalian,” jawab saya sambil
tersenyum.
disiplin sama kalian, ini juga buat kebaikan kalian,” jawab saya sambil
tersenyum.
“Ibu, kalau ibu sekolah di luar kota pasti ibu tambah
pintar. Masak di Malang terus,” jawabnya.
pintar. Masak di Malang terus,” jawabnya.
Gubraaak….