So, salah satu jawabannya adalah dengan membawa binatang peliharaan ke sekolah, mengenalkan namanya ke teman-teman, menjelaskan cara merawat, apa makanannya, menceritakan pengalaman ketika bermain dengannya dan lain-lain.
Awalnya aku merasa, ehm berat nggak ya? Namun ketika mendekati hari H setelah anak-anak menceritakan ini ke orang tua, ada banyak respon positif dari orang tua.
“Wah anak-anak semangat sekali Bu,”
“Bu, bagaimana kalau binatangnya ditinggal di sekolah, jadi nanti tiap hari mereka merawatnya,” saran wali murid. Wah luar biasa ini, harus jadi bahan pertimbangan.
“Ananda latihan terus ntar bicara apa saja pas di depan,” sip sip sip… bisa melatih anak-anak berani bicara di depan umum.
“Bu, Mas Huda alergi bulu binatang, bagaimana kalau khusus Mas Huda ndak usah. Soalnya nanti pasti akan keluar bentol-bentol merah di kulitnya,” aku berkerut.
“Ehm.. bagaimana kalau ikan Bu? Jadi Mas Huda tidak perlu memegangnya,”
Kami berdua berpikir, ehm.. apa nggak perlu saja ya?
“Bu, Fatimah, binatang peliharaannya ada di Banyuwangi. Dia ngotot mau bawa,” ujar Ummu Fatimah sambil tersenyum.
“Terus?”
“Kata abi nya mau diposkan, satu hari sampai,”
“Really?”
“Ndak lah bu, bercanda…” hahaha.
“Trus bagaimana Bu?”
“Fatimah masih ngotot,” menahan nafas.
“Sama abinya, diminta bagaimana kalau sekalian kebunnya di bawa ke Malang.” Hahaha.. bisa saja abu Fatimah ini.
Lain Fatimah, lain Ruqo’yah.
“Bu, binatang peliharaanku kambing, bagaimana Bu?”
“Ya, nggak papa, dibawa saja…” hahaha.
“Bawanya gimana?” tanyanya.
“Khan Mbak Ruqo’yah tiap hari diantar mobil,” hehehe.
Bercanda ma anak-anak memang tak ada habisnya. Langsung di hari H saja ya…
Pagi itu, kelas mungilku dikejutkan oleh berbagai macam binatang lucu, Cici kelinci, Hamster Ball, Kiki si Burung, Izza si hamster, dan teman-temannya. Buanyaaakk sih, jadi lupa nama mereka satu persatu.
Ketika pelajaran IPA berrlangsung, hampir semua murid ingin maju, yang biasanya malu pun semangat buat maju. Satu persatu mereka menerangkan cara memelihara binatang, pengalaman bersamanya, dan sebelum kembali ke tempat duduk teman-teman bertanya tentang binatang tersebut.
Ada buanyaaaakkk pertanyaan unik yang disampaikan.
“Jangkriknya umur berapa?” Doni yang ditnya cengar-cengir menatap ke arahku. Aku angkat bahu.
“Nama lengkap kelincimu siapa?”
“Cici,”
“Nama lengkapnya?”
“Ya Cici!” huahuahuaaaaa aku mringis mendengarnya.
“Kok kelincimu warnanya abu-abu ya? Mengapa nggak putih atau coklet?” aku dan Aca mengkerut ketika mendengar pertanyaan ini.
“Ada yang cokelat, si Vito, tapi sudah meninggal,”
“Lho kok bisa meninggal?”
“Nggak tahu aku, pulang sekolah dia sudah meninggal,” duuuuhhh.. nih anak lucu banget…
Ada lagi yang tak kalah unik, “Bu, ikanku belum kuberi nama?” aku menganggukan kepala, “ehm..pengalaman?” dia menggeleng.
“Kok?” aku berkerut.
“Baru tadi belinya,” sambil tersenyum.
“Ok, mau presentasi sekarang atau pertemuan berikutnya setelah mempunyai pengalaman bersama si ikan?” tanyaku.
“Pertemuan berikutnya,”
“Sip, dipelihara dulu ya ikannya,” dia mengangguk.
Inilah salah satu yang kusuka dari anak-anak, jujuuuurrr dan polooosss..hehehe.
Mau tahu gimana serunya?
Cekidot gambar di bawah ini…