Di Ujung Malam
Di sudut malam ini aku membatu
Tak ada ruang, hanya lumpur yang menggenang
Kutemukan kau di penghujung waktu tanpa jejak sepatu
Di lorong gerimis sepenggal musim
Karenanya, jika sampai batas waktu
Sepeninggal langkahmu di gurat masa
Dengan senyum memendar disepuh cahaya bulan
Ditemani desir angin menggores perih di permukaan
Kuingin menemanimu
Takkan kubiarkan tangan kecilmu berdesakan dengan sampah
Hingga lambungmu menyanyikan melodi nestapa
Penuh dahaga yang berlesatan dalam rongga sepinya jiwa
Namun, kalut menggali luka
Mengalun lirih menembus kerjap jiwa
Kau menghilang di ujung jalan
Tak kutemukan kau di antara asa
Dalam Diam
Kita terlampau lelah tuk saling berbincang
tak ada yang bisa kita lakukan
tak ada yang bisa kita lakukan
selain terdiam menghitung rintik air yang jatuh
dan membiarkan kenangan itu
dan membiarkan kenangan itu
menggapai kalender yang acap luput untuk diingat
lagi
lagi
Gundah
Saat gundah berbalut harap
kita hanya bisa diam
menyembunyikan
rasa dalam-dalam
rasa dalam-dalam
tak perlu kata terucap
karena kita tahu diam mampu ungkapkan segalanya
Melukis Cinta
Aku ingin melukis cinta di wajahmu
Seperti notasi mimpi kupu-kupu
berhias sayap hijau
Terbang bersama menuju negeri pelangi.
Seperti notasi mimpi kupu-kupu
berhias sayap hijau
Terbang bersama menuju negeri pelangi.
*Terimakasih telah meredam gelisahku
Kotaku
Kotaku melontar bara
terlelap berselimut gaduh
gelap beralas bumi basah
Tersedu…..
Bising…..
Gelombang
besar tegak di langit
Bergemuruh di padang lautan
besar tegak di langit
Bergemuruh di padang lautan
Memendar
delapan arah
delapan arah
Menguak
semua luka
semua luka
Alam
menangis
menangis
Kotaku
tinggal jejak
tinggal jejak
Habislah…Habislah…
*Mahasiswa
Universitas Negeri Surabaya
Universitas Negeri Surabaya
2 Comments. Leave new
Wah, kerennyaaa. Selamat ya, Mbak. 🙂
Makasih Mbak Wiwik.. 😉