Salah satu kebiasaan saya saat masih jadi mahasiswa D-2 adalah memakai henna/pacar di kuku jari tangan. Asyik gitu liat kuku berwana merah, oranye, atau pink. Namun kebiasaan ini hilang ketika saya bertemu dengan mas-mas di dalam bis. Mas Mas tersebut mengira saya sudah menikah. Padahal belon, masih
mahasiswa yang asyik main hahaha. Sejak saat itu saya mulai nye-top pake henna.
mahasiswa yang asyik main hahaha. Sejak saat itu saya mulai nye-top pake henna.
Sekarang saya enjoy aja pake henna. Apalagi motif henna yang beragam, cantik, dan unik tersebut bikin ati meleleh.
Ehm.. karena penasaran dengan si henna, saya mulai browsing sejarah dan makna memakai henna. Mengapa kebiasaan memakai henna ini memiliki berbagai macam makna. Ada yang biasa saja, biar kelihatan cakep, sebagai tanda sudah menikah, atau yang lain.
Ternyata kata Henna berasal dari bahasa latin untuk tanaman Lawsonia Inermis yang diucapkan oleh orang Arab sebagai Hinna. Asal tepat dari mehndi sulit dikatakan karena seni ini telah berusia hampir 5000 tahun. Beberapa sejarahwan mengatakan bahwa bangsa Mogul lah yang membawa mehndi ke India tetapi sejarahwan lain mengatakan bahwa asal mula mehndi adalah India, sedang yang lain mengatakan bahwa asal mula mehndi adalah Timur Tengah atau Afrika Utara.
Henna, semacam daun yang berbentuk oval berukuran sekitar 3-4 inci yang berada pada tumbuhan semak di daerah tropis ini bisa ditemui di Pakistan, India, Afganistan, Mesir, Suriah, Yaman, Uganda, Maroko, Senegal, Tanzania, Kenya, Iran dan Palestina. Daun sederhana yang memilki warna khas seperti merah marun, cokelat, dan jingga ini di beberapa negara, henna dipakai untuk kosmetik, menghias diri, dan dikenakan di hari pernikahan.
. Di Indonesia, Henna lebih dikenal dengan innai atau paci atau pacar yaitu bahan pewarna alami dari daun tanaman pacar. Di beberapa tradisi dan adat budaya daerah di Indonesia, pemakaian henna atau innai adalah bagian dari ritual sebelum prosesi pernikahan. Seperti di Aceh dan Padang melalui malam bainai. Ya.. mungkin inilah yang menyebabkan saat itu saya dipikir sudah nikah (padahal masih mahasiswa D-2).
Dari berbagai sumber yang saya dapat, henna sangat aman digunakan. Jarang sekali menimbulkan masalah. Jika ragu karena mempunyai kulit sensitif, ada baiknya konsultasi dengan dokter dan mencobanya dalam kuantitas kecil. Contohnya dengan mengoleskan sedikit saja henna pada belakang leher atau dibawah lengan, karena kulit di daerah tersebut tergolong area yang paling sensitive.
Selain itu henna bersifat sementara, sehingga kita dapat bergani-ganti desain dengan beragam corak henna yang lainnya. Tinta henna yang menyerap ke dalam kulit dan kuku juga tidak menghalangi jalan air yang masuk ketika bersuci bagi umat Islam. Amankan? Wah daripada beli kutex yang ada alkoholnya, mending pake henna hehehe.
Kabar gembiranya henna juga dikenal khasiatnya untuk penyembuhan dan terapi. Sejak jaman dahulu, henna dipakai untuk menyehatkan rambut agar makin mengkilap, berfungsi sebagai kondisioner rambut dan baik untuk kulit kepala.
Ada satu artikel yang bikin senyum, “Nama mempelai laki-laki akan dituliskan secara tersembunyi di sela-sela mehndi yang dipasang dan akan dijadikan permainan kuis pencarian nama calonnya. Pada saat sebelum pernikahan dimulai diadakan permainan dimana mempelai laki-laki harus menemukan lebih dahulu dimana tulisan namanya disembunyikan.”.
Ini serius ada ya? Kalau namanya bentuk kaligrafi mirip bunga gitu, pasti butuh perhatian nyarinya. Heheh Sekarang, banyak yang menjual jasamembuat henna, paket pernikahan melukis henna calon pengantin pun beragam dari desain yang simpel hingga yang sulit sekalipun. Salah satunya teman saya MbakDewi Mafita Sari owner V Wedding Art.
2 Comments. Leave new
Wah keren imunya, Mbak.
iya, yang biasa bikin kulit sensitif itu bukan henna natural, tp henna kimia…
nice info. thank you mbak ^^
sama-sama mbak Dewi.. banyak belajar tentang henna ke mbak…:)